“Aku Ingin Tenang dan Bahagia”

Oleh: Noryamin Aini (Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta) 

[JAKARTA, MASJIDUNA] – 

Aku Ingin Tenang dan Bahagia 

(Dalam keikhlasan, ada kedamaian dan ketenangan)

Sahabat!

Ini petuah sederhana. 

“Riak getar kekecewaan dan keberatan kita terhadap realitas hidup adalah tanda sederhana yang terabaikan bahwa kualitas dan irama qalbu kita masih berpusat pada jerat memanjakan nafsu.” Qalbu kita masih “dijajah” oleh permainan nafsu dan didikte oleh kenaifan nalar pragmatis manusia.

Juga bahwa kekecewaan terhadap realitas hidup menjadi pengingat bahwa qalbu kita masih sulit berdamai tulus dan ikhlas dengan takdir Allah. Keinginan nafsu kita, sungguh, masih mengalahkan ghirah kerelaan qalbu untuk menerima semua kehendak ilahi (takdir) atas nama totalitas keberserahan diri pada hegemoni kehendak-Nya.

Baca juga Kesadaran Revolutif

Sahabat!

Walaupun pahit dan sulit, kita perlu membiasakan diri menerima realitas  hidup secara ikhlas. Hasilnya, akan ada rambatan kedataran getar qalbu yang teduh, damai dan tenang. Kegalauan dan keresahan adalah indeks kegagalan qalbu kita terbebas dari pusaran memanjakan nafsu dan nalar pembenaran akal. 

Petuah sufistik ini mungkin perlu direnung.

“Titik puncak dari makna hidup orang beriman bukan tentang seberapa qalbu kita sukses mengoleksi daftar panjang keinginan duniawi. Tetapi, kualitas qalbu orang beriman adalah akumulasinya kemampuan menerima semua eksekusi takdir Allah dalam bingkai ketulusan dan keikhlasan.”

[RAN/Foto: Bappeda Temanggung]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *