[JAKARTA, MASJIDUNA]- Upacara pemakaman secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Selasa (20/9/2022) mengakhiri perjalanan hidup Azyumardi Azra (4 Maret 1955-18 September 2022).
Azyumardi meninggal dunia dalam usia 67 tahun, secara mandadak. Dia tengah memenuhi undangan orang yang cukup berpengaruh di Malaysia, Anwar Ibrahim. Di negeri jiran itu pula takdir telah memberi keputusan.
Banyak kolega, sahabat, dan para mahasiswa yang pernah diampu olehnya kaget sekaligus merasa kehilangan.
Wakil Presiden RI ke-12 Jusuf Kalla, misalnya, mengenang sosok Azyumardi saat menjadi staf khusus (stafsus). “Sosok sejak saya jadi Wapres periode pertama kemudian kedua, beliau jadi stafsus untuk sosial keagamaan yang telah berikan pikiran dan juga solusi menghadapi masalah sosial dan keagamaan. Di samping itu, beliau dikenal juga dengan tulisannya, beliau selalu menghargai dan juga berikan arahan atau tulisan, pengaruh bagaimana Islam itu beragama tapi gak radikal,” ujarnya.
Baca Juga: Tak Banyak Cendekiawan Muslim Menulis Buku
Kecendekiawanan almarhum ditunjukkan dengan menuangkan semua gagasan melalui buku dan karya di jurnal ilmiah. Beberapa bukunya yang hingga kini menjadi rujukan, misalnya, “Jaringan Ulama Nusantara” ; “Pergolakan Poitik Islam”; “Islam Reformis”; “Konteks Berteologi di Indonesia”; dan banyak buku lainnya.
Ketika menjabat sebagai rektor Universitas Islam Negeri (UIN) 1998-2006, dia selalu mendorong koleganya di kampus untuk menulis.
Tidak heran bila Ratu Elizabeth dari Inggris berkenan memberinya gelar Commander of The Order of British Empire (CBE) yang membuatnya berhak mendapat sebutan “sir”. Gelar ini didapatkan, karena Azyumardi menyebarkan interpretasi Islam yang ramah dan inklusif.
Dengan mendapat gelar Sir membuat almarhum setara dengan beberapa tokoh terkenal seperti penulis Stephen Hawking dan aktor Tom Hardy.
Gelar ini diberikan oleh Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Martin Hatfull di kediamannya pada Selasa, 28 September 2010 silam.
Penghargaan diberikan oleh pemerintah Inggris atas jasa, keberanian dan pelayanan. Penghargaan dari Ratu Inggris ini diberikan karena Azyumardi adalah tokoh yang dinilai penting dalam menjembatani hubungan antarkeyakinan di Indonesia.
Menurut Hatfull, Azyumardi Azra adalah seseorang cendekiawan muslim Indonesia yang telah mendorong pluralisme dan toleransi antar umat beragama dengan dialog antar umat beragama yang sering diadakannya.
“Azra adalah tokoh kunci dalam keyakinan antar umat beragama. Dia telah memberikan model baru dalam hubungan antara Indonesia dan Inggris, yaitu melalui hubungan antarkeyakinan. Hal ini juga penting dalam melawan radikalisme dan ekstremisme,” kata Hatfull.
Baca Juga: Pimpinan Ormas Keagamaan Bertemu Presiden Singapura Bahas Kerjasama Tangkal Terorisme
Apalagi, lulusan Columbia University tahun 1988 ini juga pernah menjabat sebagai salah satu ketua UK-Indonesia Islamic Advisory Group, selain telah mempromosikan pemahaman antar umat beragama, juga dinilai telah ikut andil dalam mempererat hubungan Indonesia dan Inggris.
(IMF/sumber foto: nu.or.id)