Oleh: Noryamin Aini (Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta)
[JAKARTA, MASJIDUNA] – Besok kita mulai sibuk lagi dengan rutinitas kerja. Saya dan kalian, nampaknya, sependapat bahwa tujuan hidup bukan untuk bekerja.
Tujuan hidup adalah ketenangan jiwa-qalbu (luar-dalam, dunia-akhirat) dalam berkat dan ridlo ilahi. Ingatlah bahwa tumpukan prestasi, penghargaan, dan limpahan materi, tidak menjamin ketenangan qalbu-bahagia.
Pitutur sederhana mengingatkan bahwa ketenangan menjadi mutiara qalbu. Pengalaman mengajarkan hikmah ini dalam renungan. Kalau bisa jujur, mungkin kita akan sependapat dengan sejumlah pernyataan di bawah ini.
1. Hidup dengan kerja fisik (physical work) melelahkan, karena energi-tenaga tubuh kita terkuras habis untuk terus bergerak.
2. Hidup dengan kerja akal-rasio (Intellectual exercise; cogito ergo sum) membingungkan, karena fungsi dasar akal-rasio selalu mempertanyakan, bahkan meragukan setiap hal, karena keraguan sebagai titik beranjak kerja dan keberlanjutannya.
Tetapi
3. Hidup dengan mengunggulkan kerja olah getaran dan ritme qalbu-hati akan menenangkan. Kenapa? karena setiap mengalami ketidak-nyamanan, kita selalu menghadirkan Tuhan dengan segala sifat kemahaan-Nya yang positif.
Coba rasakan, dan batinkan sejumlah pernyataan berikut, lalu rasakan rambatan positifnya dalam getaran qalbu kita!
a. Saat sendiri, dikucilkan orang, kita merasa disertai Allah. Qalbu kita menemukan Teman dalam kesendirian.
b. Saat sedih-berduka, kita merasa Allah hadir menghibur. Qalbu kita akan kembali ceria bahagia.
c. Saat ragu-gamang untuk melangkah, kita merasa Allah hadir memberi kepastian. Qalbu kita akan menemukan opsi yang menyakinkan.
d. Saat kekurangan, kita meyakini janji Allah akan mencukupi segala kebutuhan. Maka, tidak tersisa suram masa depan.
e. Saat dicampakkan oleh manusia, kita merasa Allah akan mengangkat kita dari kubangan hinaan dan cercaan.
f. Saat terjebak dalam kesulitan, kita merasa Allah hadir dengan segala bantuan-karunia, dan kemudahan.
g. Saat lemah dalam ketidak-berdayaan, kita merasa spirit Allah menguatkan kita dengan janji kuasa dan dukungan-Nya.
h. Saat gagal atau terhenti di gelap tangga keberhasilan, kita merasa Allah hadir memberi harapan kesuksesan. Langkah lanjutan kita menjadi terang dan meyakinkan.
i. Saat takut terhadap rongrongan para pembenci (haters), kita merasa Allah hadir dengan perlindungan-Nya. Qalbu kita tidak lagi didera ketakutan.
j. Saat rizki berlebih, kita merasakan kenikmatan qalbu berbagi dengan sesama karena Allah.
k. Saat melihat kesulitan sesama, kita merasakan indahnya empati dan kepedulian. Spirit peduli menggandakan kebahagiaan.
Silahkan tambahkan rentetan kebaikan Allah untuk hidup kita! Saatnya nanti, qalbu kita akan menemukan ketenangan.
Sahabat!
Penghadiran Allah dalam sifat-sifat-Nya (asmā husnā-Nya) di qalbu, pada dasarnya, adalah ekspresi zikir pada-Nya.
Inilah wujud sederhana dari makna kerja dan efek zikir yang memberi ketenangan qalbu. Janji Allah:
أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ’
“Ingatlah, dengan berzikir (mengingat) Allah, qalbu (dijamin) menjadi tenteram., tenang” (QS. al-Radd : 28).
Subhānallāh, alhamdulillāh, wa Allāhu akbar.
[RAN/Net]