Wakil Gubernur Jawa Timur, KSAD dan jajaran pengasuh pondok di Makam Aulia Sono (sumber: Antara)
[JAKARTA, MASJIDUNA]-Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menyampaikan bahwa kawasan religi Makam Aulia Sono di kompleks Guspujat Optronik II Pusat Peralatan Angkatan Darat, Desa Sidokerto, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, akan menjadi daya tarik wisata.
Apa keistimewaan kawasan tersebut?
Menurut Emil, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim As’yari pernah berguru di sini. “Ini akan jadi daya tarik wisatawan dan peziarah, karena Ponpes Sono di Kabupaten Sidoarjo ini juga merupakan tempat berguru pendiri sekaligus Rais Akbar NU Kyai Hasyim Asy’ari,” katanya sebagaimana dikutip dalam siaran pers pemerintah daerah yang diterima di Sidoarjo, Jumat (5/5/2023) dikutip dari Antara.
Baca Juga: Hari Kedua Lebaran, Makam Sunan Ampel Lengang
Dia mendukung usul Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali untuk menjadikan kawasan Makam Aulia Sono sebagai tempat pelaksanaan kegiatan keagamaan.
“Upaya meramaikan dan menggali nilai-nilai luhur bangsa serta nasionalisme akan kami dukung sepenuhnya,” kata Wakil Gubernur saat mendampingi Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Dudung Abdurachman pada Kamis (4/5).
Kompleks Makam Aulia Sono meliputi makam ulama seperti Kiai Muhayyin, Kiai Abu Mansur, dan Kiai Zarkasi.
Selain itu, ada Pondok Pesantren Sono yang merupakan tempat pendiri Nahdlatul Ulama Kyai Hasyim Asy’ari berguru.
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Dudung Abdurachman ingin warga menjadikan kompleks Makam Aulia Sono sebagai tempat kegiatan agama sekaligus tempat untuk mengingat perjuangan leluhur.
Sementara itu, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor menyebut Makam Aulia Sono sebagai pengingat sejarah peradaban Islam di Indonesia.
Baca Juga: 15 Imam Indonesia Siap Bertugas di Seluruh Masjid di Uni Emirat Arab
“Semoga ini akan menjadi semangat bagi kami Pemkab Sidoarjo. Bahwa 200 tahun yang lalu, Sidoarjo pernah menjadi pusat peradaban Islam Indonesia. Sekaligus ini mengingatkan perjuangan dan nasionalisme kami,” katanya.
(IMF/Antara)