[JAKARTA, MASJIDUNA]- Setelah dua tahun tak bisa merayakan secara meriah, tahun ini umat Islam boleh berlebaran secara normal seperti salat id di masjid dan lapangan serta pulang mudik.
Di samping tradisi mudik, umat Islam Indonesia juga memiliki tradisi lain seperti ketupat, sayur khusus selama lebaran, ziarah kubur, hingga tunjangan hari raya (THR).
Kemeriahan ini menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad khas Indonesia. Bahkan hal serupa tidak ada di negara-negara Islam di jazirah Arab.
“Jadi betul-betul mencampur agama Islam dan ajaran budaya lokal. Itu dari sudut pandang agama baik karena menjadikan orang lebih bergairah dalam beragama,” nilai Dadang dalam Catatan Akhir Pekan di kanal youtube Tvmu, Sabtu (7/5/2022).
Baca Juga: Forum Silaturahmi Dakwah Kampus, Kembali Digelar
Untuk mudik sendiri menurut Dadang terinspirasi dari ajaran Islam terkait silaturahmi. Dia lantas mengutip sebuah hadis riwayat Muslim yang memuat perintah Nabi Saw untuk menebar salam (afsyus salaam), memberi makan fakir miskin (ath’imu tho’am), dan menyambung tali silaturahim (wasilul arham).
“Maka silaturahmi ini direfleksikan oleh orang-orang kita dengan mengunjungi sanak saudara di kampung halaman,” terangnya.
Di sisi lain, tradisi mudik menurut Dadang juga merupakan pengejawantahan dari inti ayat ke-83 Surat Al-Baqarah yang berisikan tentang perintah untuk berbuat baiklah kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin.
Sementara Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengamini bahwa kemeriahan Idulfitri merupakan semangat beragama yang perlu dijaga.
“Silaturahim ini menjadi kekuatan luar biasa Indonesia. Karena dengan saling bertemu langsung bisa meredakan ketegangan yang ada sekaligus mampu merekatkan ikatan persaudaraan di tengah masyarakat. Kekayaan tradisi ini yang wajib kita jaga dan lestarikan bersama-sama,” ujar Menag Yaqut di kediamannya di Leteh, Kabupaten Rembang, Sabtu (7/5/2022).
Menag menilai, tradisi silaturahim perlu terus ditumbuhkan di tengah perjuangan bangsa Indonesia bangkit dari pandemi Covid-19. Silaturahim diyakini akan melahirkan sikap saling kesepahaman dan sinergisitas. Nilai-nilai positif ini pun menjadi keunggulan sekaligus keunikan yang tidak banyak dimiliki oleh bangsa lain.
Baca Juga: Harapan Seluruh Masyarakat, Lebaran Tahun Ini Kembali Normal
“Saya mengajak utamanya para orang tua, guru, dan tokoh masyarakat untuk terus mengembangkan benih-benih silaturahim ini sejak dini kepada penerus bangsa. Saya sepenuhnya yakin hanya dengan bergandengan bersama, negara kita akan memiliki peradaban yang makin tinggi, cepat maju, sekaligus dihormati bangsa lain,” terangnya.
(IMF/sumber foto: kemenag)