Mengenal KH Wahab Hasbullah, Tokoh Pendiri NU

[JAKARTA, MASJIDUNA]—Ulang tahun Nahdlatul Ulama (NU) ke-95 pada Januari lalu, sejatinya mengingatkan pada salah satu pendirinya yaitu KH Wahab Hasbullah. Dia lahir di Tambakberas, Jombang, Jawa Timur pada 1888. Ayahnya Kyai Haji Hasbullah, cucu Kyai Sichah pendiri pondok pesantren Tambakberas sekaligus kakek dari KY Hasyim ASy’ari (Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang).

Kyai Wahab besar dari lingkungan pesantren dan berkeliling dari pesantren ke pesantren untuk menuntut ilmu agama. Mula-mulai ia belajar Quran kepada ayahnya, kemudian pada usia 13 tahun dikirim ke Pesantren Pelangitan, lalu pindah ke Mojosari, Nganjuk yang dipimpin Kyai Saleh.

Untuk memperdalam fiqih dia belajar kepada Kyai Zainuddin di Pesantren Cepaka, kemudian ke Surabaya yang dipimpin Kyai Mas Ali hingga terus ke Bangkalan, Madura yang dipimpin Kyai Cholil untuk memperdalam Bahasa Arab.

Pada Usia 27 tahun dia berangkat menunaikan ibadah haji, sekaligus dimanfaatkan untuk memperdalam berbagai ilmu agama. Di antara guru-gurunya adalah Kyai Mahfuz Termas, Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syekh Abdul Karim ad-Dagestani sampai Syekh Abdul Hamid Kudus.

Pada tahun 1914 dia membentuk kelompok diskusi yang diberi nama Taswir al Afkar (Gambaran Pemikiran) yang kemudian dibina bersama KH Mas Mansyur. Keduanya mendirikan Nahdlatul Watan yang tujuannya untuk memperluas dan meningkatkan mutu pendidikan madrasah.

Pada tahun 1924 dia memprakarsai berdirinya Syubban al-Watan (Pemuda Tanah Air) yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Anshor.

Dan pada 1926 bedrsama KH Hasyim Asy’ari dia mempelopori berdirinya Nahdlatul Ulama (NU). Bukan hanya mendirikan, dia juga berjasa mengembangkan organisasi ini, terutama di masa-masa sulit ketika pendudukan Jepang. Dia menjadi Rais Am sejak 1947 hingga wafatnya pada 1971.

(IMF/foto: mualiminnet)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *