Tujuh Poin Penting Kurikulum Pondok Pesantren

[JAKARTA, MASJIDUNA] — Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kementerian Agama, Waryono mengatakan, pemetaan model kurikulum pondok pesantren di tingkat Ula, Wustho, dan Ulya menjadi penting. Pasalnya kurikulum pesantren amatlah penting.

“Karenanya kurikulum setidaknya harus memiliki tujuh fungsi,” ujarnya beberapa hari lalu dalam sebuah focus group discussion di Jakarta.

Pertama, fungsi kesesuaian. Menurutnya, kurikulum harus memiliki kesesuaian. Yakni, sesuai dengan kebutuhan dan zaman. Misalnya fiqih toharoh, meskipun kitabnya memakai kitab safinah, tapi harus sesuai dengan keadaan.

Kedua, fungsi integrasi. Menurutnya, kurikulum harus disesuaikan dengan konteksnya. Kurikulum harus bisa membantu mendekatkan pengetahuan santri dengan masyarakat. Pasalnya, bila kurikulum tidak bisa membantu santri mengenali kebutuhan masyarakatnya, maka menjadikan santri terasing dan berpotensi menjadi eksklusif.

Ketiga, Fungsi diferensiasi, pembeda. Dia menilai, Kurikulum harus mengakomodir spesialisasi keilmuan Kiai.  Meski berbeda, namun menjadi kekhasan pesantren. Keempat, fungsi menyiapkan santri agar dapat berkiprah dan hidup di masyarakat. Dia menilai, kurikulum harus membantu santri mempersiapkan diri sebelum terjun ke masyarakat.

Kelima, fungsi pemilihan. Santri bisa memilih kurikulum yang disediakan pesantren yang televan dengan dirinya. Keenam, fungsi diagnostik. Baginya, kurikulum mesti dapat mendiagnosa perubahan yang terjadi di masyarakat. Ketujuh, fungsi dialogis. Dia berpendapat, kurikulum mestinya dapat mendialekkan antara isi kitab yang ditulis pada abad 5 hijriah dengan peristiwa yang terjadi belakangan terakhir.

[AHR/Kemenag/Foto:internet ]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *