Ampunan dan Keputusasaan

[JAKARTA, MASJIDUNA]—Suatu ketika datanglah seorang lelaki tua bertongkat menghadap Rasulullah SAW. Lelaki itu mengeluhkan kehidupannya selama ini yang banyak dilumuri dosa. “Hai Rasulullah, aku selama ini banyak melakukan dosa dan maksiat, apakah Allah akan mengampuni dosa ku?” Rasulullah pun menjawab, “Apakah engkau mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah?” Lelaki tua itu mengiyakan bahkan menambahkan bahwa dia mengakui Muhammad utusan Allah.

Maka Rasulullah pun mengatakan bahwa Allah mengampuni semua kesalahan manusia bila benar-benar bertobat dan tidak akan melakukan maksiat lagi.

Riwayat-riwayat semacam itu cukup banyak bertebaran dalam hadits, yang pada intinya menjelaskan dan memberi harapan bahwa dosa manusia akan diampuni Allah. Sebab, kasih sayang Allah sangat luas.

Hal ini terjadi karena di zaman Rasulullah banyak sahabat yang dulunya musyrik dan berbuat maksiat yang datang dan mengeluhkan hal yang sama. Mereka khawatir dosa-dosa mereka tidak akan diampuni Allah.

Allah sendiri dalam Al-quran Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (A-Zumar:53).

Al quran dari Kementerian Agama memberikan tafsiran pada ayat ini, yaitu Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menyampaikan kepada umatnya bahwa Allah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang dan sangat luas rahmat dan kasih sayang-Nya terhadap hamba-Nya yang beriman, akan mengampuni segala dosa yang telah terlanjur mereka kerjakan seperti meninggalkan perintah-Nya atau mengerjakan larangan-Nya apabila benar-benar tobat dari kesalahan mereka.

Banyak orang yang menyangka bahwa karena dosanya telah bertumpuk-tumpuk, tidak akan diampuni Allah lagi. Jadilah ia seorang yang berputus asa terhadap ampunan, rahmat, dan kasih sayang-Nya. Dunia sudah menjadi gelap menurut pandangannya karena selama ini dia tidak mengindahkan ajaran-ajaran agamanya dan selalu membelakangi petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalamnya. Hatinya sudah penuh diliputi kekotoran dan kedurhakaan, tak tampak lagi olehnya jalan kebenaran dan kebaikan yang akan ditempuhnya.

Dia telah dibingungkan oleh rasa putus asa dan tak ada harapan yang tampak olehnya untuk kembali dari kesesatan dan kemaksiatan yang selalu diperbuatnya. Tetapi Allah, meskipun besar dosa hamba-Nya, Dia tetap mengasihi dan menyantuninya dan melarangnya berputus asa terhadap rahmat dan kasih sayang-Nya, Dia tetap memandangnya sebagai hamba-Nya yang berhak menerima kasih sayang-Nya itu apabila ia telah menginsyafi kesalahannya dan memohon ampun kepada-Nya.

(IMF/foto: istimewa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *