Jangan Berpangku Tangan, Islam Membenci Pengangguran

[JAKARTA, MASJIDUNA]—Usai wabah corona, dunia termasuk Indonesia diprediksi memasuki krisis global. Salah satu yang paling menjadi perhatian adalah pengangguran yang bakal meroket dalam beberapa pekan ke depan.

Pengangguran merupakan isu paling menakutkan sebab berkaitan dengan sumber daya manusia dan tingkat kriminalitas. Dan tentu saja kemiskinan yang makin dalam.

Islam sebagai agama rahmat bagi semesta, punya panduan bagi umatnya agar terus berusaha mencukupi diri dan keluarganya. Banyak kisah dan hadits nabi yang berisi pesan agar seorang muslim tidak lelah dalam bekerja sekalipun pekerjaan itu tak bantak memberikan cukup uang.

Misalnya, ada kisah dari Imam Abu Hanifah yang berjalan di suatu malam dan mendengar keluhan anak muda: “Aduh malang nasibku. Tidak ada yang lebih malang dariku yang pengangguran, sejak pagi belum makan sehingga seluruh badanku lelah.”

Imam Hanafi iba dengan keluhan tersebut dan kemudian pulang ke rumahnya untuk mengambil bungkusan berisi uang dan sepucuk surat, yang kemudian dia lemparkan ke jendela rumah anak muda malang itu. Anak muda itu pun kaget dan segera membuka bungkusan dan surat yang isinya: “Hai manusia tidak wajar kamu mengeluh demikian. Ingatlah kemurahan Allah dan cobalah bermohon dengan sungguh-sungguh.”

Tapi esoknya, Imam Hanafi masih mendengar keluhan yang sama: “Ya Allah sudilah kiranya memberikan bungkusan yang lain seperti kemarin, sekadar menyenangkan hidupku yang melarat ini..” kata anak muda itu.

Imam Hanafi kembali memberikan bungkusan dengan surat yang isinya lebih keras. “Hai kawan, bukan begitu caramu memohon. Itu cara orang malas. Hendaklah kamu bekerja dan berusaha dan berharap ridho Allah,”

Anak muda itu pun tersadarkan atas apa yang diperbuatnya selama ini. Ia pun keluar rumah mencari pekerjaan yang halal.

Kisah dari Imam Hanafi, sang ahli fiqih itu, memberi gambaran bahwa tak hanya dengan keluhan penderitaan bisa diatasi tapi doa dan ikhtiar.

Banyak hadits nabi yang menjelaskan pentingnya ikhtiar. Misalnya, nabi pernah bersalaman dengan seseorang yang telapak tangannya sangat kasar. Ketika ditanya, “kenapa telapak tanganmu kasar sekali?” Orang itu menjawab bahwa dirinya seorang kuli pemecah batu. Nabi kemudian mengatakan bahwa tangan kasar itu tidak akan disentuh api neraka.

Pada hadits lain ada kisah seseorang yang rajin ibadah dan jarang meninggalkan kamarnya. Ketika rasulullah tanya, siapa yang memberi makan orang ahli ibadah itu? Ternyata yang memberi makan adalah saudaranya. Kata Rasulllah, saudaranya yang memberi makan itu yang lebih baik.

Dua riwayat itu dengan jelas memberikan gambaran bahwa tangan kasar, badan berpeluh, dan badan yang lelah akan diberi pahala selama itu dipergunakan untuk mencari nafkah yang halal. Sementara orang yang khusuk dalam ibadah tapi melupakan kewajiban dalam mencari rezeki justeru tercela di mata Rasulullah.

Nah, dalam kondisi yang serba tidak menentu seperti saat ini, ketika pengangguran sedang melanda Indonesia, tidak ada cara lain selain melupakan keluhan. Bekerja apa saja, selama tidak melanggar syariat adalah terpuji. Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya bekerja mencari rezeki yang Allah tebarkan di muka bumi.

(IMF/foto:BPJS ketenagakerjaan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *