Jumatan di Tengah Corona: Tanpa Masker dan Khutbah Kesabaran

[JAKARTA, MASJIDUNA]—Suara lantunan quran terdengar merdu ketika sebagian jamaah Masjid Nurul Ajam, di Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan, mulai berdatangan. Sebagian jamaah ada yang langsung masuk ke dalam masjid, sebagian lagi masuk ke toilet mengambil air wudhu lalu masuk ke dalam masjid yang nyaman.

Terlihat pula ada yang cuci muka setelah membilasnya dengan sabun cair yang disediakan takmir masjid. Di dalam masjid dua lantai ini, jamaah khusyuk membaca quran, zikir dan salat sunat. Beberapa orang saling bersalaman, tidak terlihat ada yang menggunakan masker.

Memasuki waktu dhuhur, khatib naik mimbar. Isi khutbah tentang pentingnya bersabar dalam setiap keadaan. “Ada yang sabar karena terpaksa, tapi ada juga yang sabar karena berharap ridho Allah,” kata sang khatib, Jumat (6/3/2020).

Usai salat jumat, jamaah antri mengambil nasi jumat yang diberikan takmir masjid. Ini memang sudah menjadi tradisi di masjid yang berada kawaan asri dan rindang ini. Wabah corona yang sedang jadi perbincangan, bukan hal menakutkan bagi jamaah.

Pemandangan yang sama juga terlihat di Masjid Nurul Islam, Palmerah, Jakarta Barat. Masjid yang terletak di perumahan penduduk itu seperti biasa melaksanakan salat jumat dengan tertib. Tak ada pengumuman khusus dari pihak takmir. Hanya himbauan agar jamaah menyimpan alas kaki di tempat yang sudah disediakan. Jamaah yang berkumpul tak terlihat menggunakan masker. Air wudhu mudah diakses oleh jamaah untuk membersihkan hadas kecil.

Di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, suasana salat jumat pun tak terpengaruh berita wabah corona. Padahal masjid yang terletak tak jauh dari rumah dinas wakil presiden dan sejumlah kantor pemerintah ini, terbilang besar dengan jamaah yang datang dari berbagai tempat.

Air wudhu yang mengalir dari keran dimanfaatkan jamaah secara bergantian. Tak ada pengguaan air berlebihan. Juga tak tampak jamaah bermasker. Bahkan mereka tak sungkan saling berjabat tangan dan mengobrol. Padahal, di media sosial ramai salam “khas corona” sebagai pengganti jabat tangan, seperti melambaikan tangan, menangkup kedua tangan di dada bahkan ada yang saling menyentuh kaki.

Khutbah jumat pun berisi tentang pentingnya berserah diri kepada Allah dan sabar menjalani kehidupan. Tak ada ujaran saling menyalahkan.

Usai salat jumat, jamaah kembali beraktivitas seperti biasa. Kantin dan pedagang kaki lima di depan pintu masuk masjid Sunda Kelapa ramai diserbu pembeli untuk mengisi perut.

Suasana tanpa khawatir pun terlihat di Masjid Agung Al-Munawwir, Pinrang, Sulawesi Selatan. Jamaah duduk khusyuk tanpa masker. Khatib jumat Abdullah Wahab menyampaikan ceramah tentang tips menangkal corona dalam pandangan Islam. “Allah di atas segala-galanya. Tidak ada musibah yang hadir di muka bumi, kecuali atas izin Allah, “katanya.

Suasana salat Jumat yang teduh di beberapa masjid di tanah air ini, sebenarnya cukup menggambarkan kondisi masyarakat secara umum. Mereka tidak saling menyalahkan. Tidak ada suasana takut berlebihan.

Bandingkan suasana ini dengan di Iran atau Irak, yang mengeluarkan kebijakan tidak mengadakan salat jumat di sebagian masjid. Maklum di Iran wabah sedang menyebar secara masif.

Jamaah di Indonesia cukup waspada dengan wabah, namun mereka pun tak khawatir berlebihan.

Himbauan dari Dewan Masjid Indonesia (DMI) tampaknya sudah cukup menjadi pedoman bagi jamaah dan pengurus masjid.

Salah satu himbauan dari DMI adalah agar menjaga kebersihan tempat wudhu dan alas salat. Jamaah cukup paham dengan kondisi saat ini. Namun mereka pun tak melupakan solat jumat, ibadah yang diwajibkan bagi laki-laki.

(IMF/foto:masjiduna}

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *