[JAKARTA, MASJIDUNA]—Sebelas organisasi pemuda lintas agama menyatakan keprihatinan atas konflik antar agama yang terjadi di India yang telah menelan korban puluhan jiwa. Karena itu para organisasi pemuda itu meminta Pemerintah India untuk tidak membuat kebijakan diskriminatif yang dapat menyebabkan perpecahan di tengah masyarakat.
“Mengajak pemimpin, negara, dan masyarakat dunia untuk berkomitmen menjadikan bumi sebagai rumah bersama bagi setiap agama, etnis, suku, dan golongan. Kita harus bekerjasama membangun budaya toleransi dan inklusif, menghentikan peperangan dan konflik yang menyebabkan pertumpahan darah.” demikian bunyi pernyataan yang disampaikan di Jakarta, Rabu (4/3/2020).
Selanjutnya, menghimbau masyarakat Indonesia untuk tidak terprovokasi dengan persoalan konflik antar agama yang terjadi di India dan tetap menjalin silaturahmi di antara masyarakat yang berbeda suku, agama, etnis, dan golongan. Pemerintah Indonesia harus selalu bersikap adil dan berdiri di atas semua golongan untuk menjaga kerukunan dan kedamaian bangsa.
Kemudian mendukung Pemerintah Indonesia dan aparat penegak hukum untuk melakukan pendekatan persuasif kepada kelompok-kelompok intoleran dan jika diperlukan melakukan tindakan tegas apabila ada yang berusaha menyebarkan ujaran kebencian, memprovokasi, serta mengganggu kebebasan beribadah dan kerukunan antar umat beragama di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk.
Terakhir, mengajak semua Anggota dan Pengurus GP Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik, Peradah, Gemabudhi, Gema Mathla’ul Anwar, Gemaku, IPTI, Gemapakti, Pemuda Nahdlatul Wathan, GAMKI, dan organisasi kepemudaan lainnya di pusat maupun daerah untuk menjalin persaudaraan, saling berkoordinasi dan bekerjasama dalam mencegah terjadinya konflik, mendorong koeksistensi, serta menjaga kebebasan beribadah dan kerukunan bagi setiap pemeluk agama di Indonesia.
Pernyataan ini dihadiri dan ditandatangani oleh semua perwakilan
organisasi lintas agama yaitu: GP Ansor (Yaqut Cholil Qoumas),Pemuda Muhammadiyah (Sunanto), Pemuda Katolik (Karolin Margaret Natasa), Peradah (I Gede Ariawan), Gemabudhi, (Bambang Patijaya),Gema Mathla’ul Anwar (Ahmad Nawawi), Gemaku (Kris Tan), IPTI (Ardy Susanto), Gemapakti, (Asmat Susanto), Pemuda Nahdlatul Wathan (Muhammad Halqi) dan GAMKI, (Willem Wandik).
(IMF/