[JAKARTA, MASJIDUNA]—Provinsi paling ujung timur Indonesia, Papua, hingga saat ini masih memendam riak dan dinamika. Berbagai persoalan seperti separatisme, politik lokal (pilkada) hingga hubungan antar agama terus mewarnai kawasan ini. Namun, kasus-kasus tersebut seringkali berujung aksi kekerasan hingga korban nyawa.
Saat ini, Ormas-ormas Islam seperti Muhammadiyah dan NU sedang mengembangkan model dakwah yang tepat warga Papua. Sekretaris Umum MUI Papua Faisal Saleh saat berbincang dengan MASJIDUNA mengatakan pendidikan adalah salah satu dakwah yang saat ini dikembangkan. “Perguruan tinggi yang dibangun Muhammadiyah, misalnya, 90 persen mahasiswanya anak Papua asli dan nonmuslim,” katanya. Hal ini memberikan dampak positif, karena akses ke pendidikan menjadi terjangkau oleh penduduk lokal. “Itu peran yang sangat ril,” kata Faisal.
Selain itu, anak-anak Papua yang ingin melanjutkan pendidikan ke luar Papua pun sudah cukup banyak. Beberapa di antara mereka adalah yang berasal dari keluarga mualaf. Menurut Faisal, MUI terus mendorong agar sumber daya penduduk lokal terus berkembang.
Pasalnya, berbagai dinamika sosial dan politik yang terjadi di sana, mau tidak mau akan berimbas pada kelompok Islam yang merupakan minoritas. Seperti Pilkada, misalnya. Menurut Faisal, faktor agama ada di semua kandidat yang tampil.
Kemudian sistem kesukuan yang sangat kuat di Papua juga turut mempengaruhi tatanan sosial dan politik di sana. Peran kepala suku sangat menentukan. Misalnya, Suku Walisi yang kepala sukunya masuk Islam, maka suku ini pun banyak yang menjadi muslim.
Namun, kata Faisal, MUI terus mengawal agar kehidupan keagamaan di tanah Papua tetap aman dan bisa saling menjaga keharmonisan. Apalagi, kaum muslimin di sana sebagian besar adalah pendatang, seperti dari Makassar.
(IMF/sejutaquran)
One thought on “Pendidikan, Dakwah Islam di Tanah Papua”