[JAKARTA, MASJIDUNA]—Suara adzan dhuhur itu terdengar cukup jelas di hampir semua kios Pasar Kebayoran, Jakarta Selatan. Sebagian pedagang pun bergegas meninggalkan dagangannya dan segera menuju Masjid Darussalam yang terletak di lantai 2 pasar tersebut, lantai paling atas.
Meski berada di atas pasar, namun suasana masjid terasa tenang dan sejuk. Tempat wudhu yang nyaman dengan air yang mengalir deras meski di musim kemarau.
Tempat menyimpan alas kaki tersedia berupa rak. Ada pula petugas yang khusus untuk menerima penitipan alas kaki atau barang lainnya.
Sementara karpet masjid terasa empuk, enak untuk dipakai sujud. Setelah jamaah usai melaksanakan salat sunat qobliah, qomat dikumandangkan pertanda salat dhuhur dimulai. Rupanya, lima shaft ke belakang terisi penuh.
Tidak heran bila masjid ini menjadi tempat para pedagang untuk beribadah seperti salat, berzikir atau mendengarkan ceramah agama yang biasa dilakukan usai salat dhuhur dengan mengkaji kitab klasik seperti “fathul qarib.”
Keberadaan masjid Darussalam tampaknya sudah menyatu dengan para pedagang. Salah satu buktinya, terlihat dari catatan donasi yang tertempel di dinding, yang jumlahnya lumayan. Catatan donasi ternyata juga bukan hanya untuk operasional masjid, tapi ada juga untuk sumbangan gempa bumi.
Pengurus memberikan catatan secara rinci sehingga bisa dilihat semua jamaah. (IMF)