[JAKARTA, MASJIDUNA]—-Nama Snouck Hurgronje dikenal sebagai penasihat urusan Islam dan Pribumi di Hindia Belanda (nama Indonesia di era penjajahan Belanda). Nasihat-nasihatnya senantiasa diminta oleh pemerintah Hindia Belanda, terutama menyangkut masalah Islam.
Dalam salah satu nasihatnya kepada Gubernur Jenderal tertanggal 26 Oktober 1902, Snouck secara khusus memaparkan pakaian pegawai negeri pribumi, yang kala itu dianggap merisaukan pemerintah kolonial Belanda. Maklum, sebagian pegawai mulai berpakaian cara barat, dan mulai meninggalkan cara berpakain model pribumi.
Buat Snouck, hal itu bukanlah perkara yang sangat serius, sejauh masih bisa bekerja dengan baik. Sebab, semuanya berjalan sesuai dengan zaman.
“Bahwa dalam masyarakat pribumi setiap waktu dan pada saat yang bersamaan, kita menyaksikan gaya berpakaian, bahwa seperti juga pada kita, gaya tersebut secara keseluruhan di sana-sini mengalami perubahan sesuai dengan mode dan lain-lain;bahwa pendekatan terhadap cara berpakaian orang Barat, seperti yang makin banyak dapat dilihat dalam segenap lingkungan masyarakat pribumi, sama sekali tidak perlu dicegah (dilawan) dan menurut hemat saya, dengan tafsiran yang bijaksana atas Pasal 2 no.6 Peraturan Polisi, juga tidak bertentangan.”
Menurut Snouck, kecenderungan gaya berpakaian masyarakat pribumi dan pegawai negeri yang meniru model Barat, bisa jadi hanya hasrat untuk meniru belaka. “Sebagian sebagai akibat alami dari pergaulan berbagai suku bangsa dan dari pengalaman..” lanjutnya.
Bagi Snouck perubahan itu tak bisa dihindari, yang penting para pegawai itu mengerti asal-usul mereka dan tidak memisahkan diri dari pergualan mayarakatnya. Begini, dia menulis di akhir nasihatnya:
“Bahwa dokter pribumi haru selalu ingat, untuk melakukan pekerjaannya lebih baik dan sesuai dengan kewajiban , supaya tetap tergolong masyarakat yang menjadi asalnya, dan tidak berusaha untuk memperbesar jarak yang memisahnya dari pegawai negeri pribumi lain, yang sebagian kurang pengetahuan, akan tetapi sebaliknya, untuk belajar menganggap mereka sebagai kawan baik.”
Rupanya sejak dulu, cara berpakaian para pegawai negeri di tanah air sudah menjadi sorotan dan bahan kajian. Pakaian pegawai negeri dan masyarakat pribumi yang mulai menanggalkan gaya tradisional, dianggap meresahkan pemerintah. (IMF)