[JAKARTA, MASJIDUNA]—Kementerian Agama adalah kementerian tertua di republik ini.Sudah berdiri sejak Indonesia merdeka. Nama-nama Menteri Agama pun mewarnai sejarah perkembangan republik dari zaman ke zaman. Salah satunya KH. Masjkur, yang menjabat Menteri Agama dalam beberapa periode, mulai dari Kabinet Amir Syarifuddin II, bertugas sejak November 1947, Kabinet Hatta I tahun 1948, dan Kabinet Ali Sastroamidjojo sampai tahun 1955.
KH Masjkur adalah menteri agama yang berada dalam pusaran konflik militer dan ideologi di tanah air. Lelaki kelahiran Singosari, Malang, Jawa Timur pada 1899 ini, sudah menjadi pasukan Laskar Hizbullah di masa pendudukan Jepang.
Ketika terjadi agresi militer Belanda pada 1948, semua pemimpin Indonesia ditangkap seperti Soekarno, Hatta dan Agus Salim. KH Masjkur sempat meloloskan diri melalui pintu belakang rumahnya sambil membawa anaknya yang masih kecil, Syaiful. Sejak saat itu, Masjkur terus bergerilya, dari berbagai kota di Jawa diiringi oleh 12 anggota tentara pelajar. Hingga suatu hari tiba di Pesantren Gontor, Ponorogo, dan bertemu dengan Menteri Susanto. Di sinilah, KH masjkur menyusun strategi pertempuran.
Pada waktu terjadinya agitasi oleh kelompk komunis tahun 1948, terjadilah hura-hara dimana-mana. Pemberontakan komunis ini telah merusak dan membakar tempat-tempat ibadah dan pesantren-pesantren yang berada di wilayah Madiun, Magetan dan Ponorogo.
Setelah pemberontakan berhasil dipadamkan, KH Masjkur kemudian memerintahkan staf di Kementerian Agama untuk mencatat jumlah penghulu, naib, dan ulama pesantren yang menjadi korban keganasa kaum komunis. Selain itu, dibentuk pula tim yang mengadakan perjalanana keliling daerah untuk mencatat dampak dari kekejaman komunis tersebut, terutama di Madiun dan Kediri. Tugas dari staf kementerian agama ini memberikan penerangan dan menganjurkan ketahanan mental kepada para korban dalam menghadapi tragedi tersebut.
Setelah tak menjabat sebagai menteri agama, KH Masjkur aktif di PBNU, termasuk menengahi konflik di tubuh NU karena perbedaan pandangan politik, ada yang setuju masuk dalam PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dan ada yang menolak. Ada dua kubu di NU kala itu, kubu Idham Chalid dan kubu Mohammad Dachlan.
KH Masjkur wafat pada 18 Desember 1982 pada usia 92 tahun di Jakarta. (IMF)