[JAKARTA, MASJIDUNA] – Komisi III DPR telah memilih 5 pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Satu di antaranya yakni Nurul Ghufron membetot perhatian publik, lantaran berlatarbelakang santri. Bagaimana sisi kesantriannya selama di pondok pesantren?
Nurul Ghufron yang saat ini masih menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum di Universitas Negeri Jember (Unej) ini merupakan dekan termuda di lingkungan kampus negeri di Jember ini. Sebutan termuda, ia juga sandang di jajaran pimpinan KPK terpilih periode empat tahun ke depan ini.
Rekan sekaligus senior Ghufron di Pondok Pesantren Al-Jauhar, Kholik Marzuki menyebutkan lelaku Ghufron di Pondok Pesantren selama tiga tahun layaknya snatri pada umumnya. “Penilaian saya ke Lek (adik) Guhfron ini, beliau sangat tawadlu’, NU dan santri banget Meski orang tuanya dan mertuanya itu tokoh Muhammadiyah,” ujar Kholik saat berbincang dengan MASJIDUNA, Jumat (13/9/2019).
Kholik saat ini menjabat sebagai Ketua Alumni PP Al-Jauhar. Sedangkan Ghufron menjabat sebagai Wakil Ketua Alumni PP Al-Jauhar. Pondok Pesantren Al-Jauhar letaknya di sekitar kampus Unej, di Tegalboto, Sumbersari, Jember. Ghufron mulai nyantri di pesantren sejak tahun pertama hijrah ke Jember hingga tahun ketiga. “Setelah itu Ghufron lebih banyak sibuk di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII),” tambah Kholik.
Di Pondok Pesantren al-Jauhar, kata Kholik, ada tradisi menggelar istighotsah dan doa bersama di saat para santri akan melakukan kegiatan ujian atau kompetisi yang diikuti oleh santri maupun alumni. “Tak terkecuali kemarin saat Ghufron mendaftar di KPK, santri dan alumni PP Al-Jauhar menggelar istighotsah,” tambah pemilik travel haji dan umroh di Jember ini.
Gaya khas santri Ghufron rupanya diterapkan di lingkungan kerja di Universitas Negeri Jember. Aktivitas membaca yasin dan itisghotsah dikenalkan Ghufron di lingkungan kampus yang notabene bukan kampus Islam itu. “Dia berani membawa tradisi santri seperti istighotsah, membaca yasin ke lingkungan kampus, di Fakultas Hukum,” imbuhnya.
Pengalaman unik yang menjadi ciri khas Ghufron saat di pesantren, Kholik menyebutkan saat Ghufron mendapat giliran piket masak alias gendok untuk makan bersama para santri. “Kalau Lek (Adik) Ghufron itu masaknya antara nasi dan lauk dicampur menjadi satu,” ujar Kholik seraya tetawa.
Terkait dengan terpilihnya Ghufron sebagai Wakil Ketua KPK, Kholik yang satu almamater dengan Ghfron saat SMA di Sumenep itu berharap agar Ghufron dapat mewarnai dari sisi religiusitas di KPK. “Mudah-mudahan di KPK bisa mewarnai sisi keislaman. Karena selama ini KPK itu terlalu banyak sisi kedunaiwaiannya, sisi religiusnya tidak begitu tampak,” harap Kholik.
Harapan lainnya, kata Kholik, Ghufron agar tampil layaknya orang Sumenep pada umumnya yakni tetap tawadlu dan rendah hati, tapi tegas jika melihat ketidakbenaran. “Saya berharap jiwa Sumenep-nya tidak hilang, meski lembut dan tawadu’, tapi tegas dan berani, jelas mana yang haq dan yang batil,” pinta senior sekaligus mentor Ghufron ini. [RAN]