[YOGYAKARTA, MASJIDUNA] — Makna dari perayaan idul adha jauh lebih dalam dari sekedar melakukan sholat idul adha dan penyelembelihan hewan kurban. Namun justru memiliki maknda udyah dan adha yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
“Karena itu baik dalam menunaikan salat ataupun berkurban, setiap muslim harus semakin dekat kepada Allah SWT, dan berkurban berkhidmat dalam mengaktualisasikan ibadah itu dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir sebagaimana dilansir dari laman Muhammadiyah, Minggu (11/8).
Bagi Haedar, dari pelaksanaan ibadah kurban maupun idul adha, setidaknya terdapat tiga hikmah. Sehingga dapat diambil pelajaran. Pertama, buah dari ketakwaan harus mampu membangun kesalehan. Baginya, orang saleh, memiliki jiwa, pikiran dan sikap serta tindakan yang bersih, sehingga menunjukan tauhid kepada Allah tabaraka wa ta’ala secara otentik.
“Orang yang saleh dia akan menjadi orang religius yang habluminannas dan habluminallah sama-sama kuat,” katanya.
Menurutnya, orang bertakwa bakal berbuat islah dan tidak fasad. Sementara orang saleh, membangun perbuatan baik, toleran, damai dan segala bentuk kebaikan. Serta menjauhi hal-hal buruk, sehingga kesalehan itu berbuah menjadi rahmatan Lil alamin.
Kedua, melalui ibadah kurban, masyarakat muslim diajarkan untuk taawun. Yakni berkurban untuk sesama. “Kita belajar dari keluarga Nabi Ibrahim, melalui mimpi, mereka bertiga bersedia berkurban walaupun digantikan oleh hewan. Jika kita masih berkebaratan hati untuk berkurban, berarti ketakwaan kita masih harus diasah,”katanya.
Haedar melanjutkan, setiap yang berkurban mesti membagikan daging hewan kurban. Sebab hal itu memiliki makna bahwa setiap muslim dengan ketakwaannya harus mau berbagi dan peduli bagi mereka yang membutuhkan.
“Boleh jadi, masih banyak saudara kita yang masih belum ada rezeki untuk memakan daging, itu lah inti dari berbagi,” katanya.
Kemudian, katanya, berkurban menjadikan pengurban belajar untuk menyembelih hawa nafsu kita yang terlalu cinta dunia. Baginya, ketika berbagi pada sesama, sejatinya telah membebaskan dari nafsu dunia yang mengikat.
“Ketika muslim melalui ibadah kurban dan lainnya, peduli pada sesama, jiwa silaturahim akan tumbuh dengan sendirinya, dan itu bukan karena kepentingan lahiriah tapi karena jiwa takwa,” tambahnya.
Ketiga, tidak dikatakan seorang itu beriman ketika belum mencintai saudaranya. Menurutnya dengan jiwa bekurban bakal mewujudkan ukhuwah yang sejati. Khususnya bagi seluruh umat manusia dari berbagai agama dan golongan tanpa diskriminasi serta mengajarkan manusia agar menjadi orang yang saling mengasihi sesama lain.
“Insyaallah ibadah idul adha dan kurban akan menjadikan kita orang peduli, mau berbagi dan merekat silaturrahim, ukhuwah dan persaudaraan secara tulus,” tukasnya. [gzl]