LAPORAN: Dr. Izza Rohman, M.A. (Dosen Universitas Prof. Dr. Hamka/Uhamka, Pemerhati Sosial Keagamaan)
[PENSHURST, SYDNEY, MASJIDUNA] — Kota Sydney telah berkembang menjadi tempat di mana keragaman tradisi dan budaya bangsa-bangsa di dunia bersanding dalam denyut kehidupan sebuah kota global yang sangat multikultural. Masyarakat muslimnya juga tidak kalah beragam. Di sini kita bisa menjumpai komunitas diaspora muslim dari negara sejauh Bosnia-Herzegovina, yang berjarak 16 ribu kilometer dari Sydney.
Salah satu masjid yang menjadi bukti kehadiran diaspora muslim asal Eropa Timur adalah Penshurst Mosque, yang dikelola oleh Australian Islamic Society of Bosnia Herzegovina. Malam ini (24/3/24) saya berkesempatan untuk mengikuti tarawih di masjid yang agak mungil tapi kokoh di pertigaan jalan ini. Ini tarawih malam ke-15 di sini karena mereka juga mengikuti kalender hijriah global.
Saya tiba di masjid ini jam 8:38 malam. Layar jadwal shalat di masjid ini menunjukkan waktu isya masuk jam 8:16. Namun, azan isya baru akan dikumandangkan tepat jam 9, hampir 45 menit lebih lambat dari waktu tertera. Tampaknya sengaja dibuat demikian untuk memberi waktu bagi jamaah yang jauh untuk sampai ke masjid ini. Maklum di Penshurst muslim hanya sebanyak 3,6%. Di kawasan ini, diaspora Cina lebih mendominasi — kira-kira seperlima penduduknya.
Walau azannya baru jam 9, rangkaian qiyam Ramadan di sini selesai tepat jam 10. Sangat singkat sekalipun tarawih dan witirnya dalam 23 rakaat. Formasi rakaatnya: 4+4+4+4+4+3 dengan tahiyat awal di setiap rakaat kedua. Tarawihnya terbilang santai (tidak terburu-buru), tapi imam mencukupkan bacaan Qur’annya satu atau dua ayat di setiap rakaatnya.
Saat rakaat pertama hingga kedelapan shalat tarawih, imam membaca satu-dua ayat dari surah al-Baqarah (mulai ayat ke-6). Delapan rakaat berikutnya dari surah an-Hijr (mulai ayat ke-1), dan empat rakaat terakhirnya dari surah al-Insan (mulai ayat ke-1). Saat isya, imam bacakan surah at-Tin dan al-Kawtsar. Saat witir ia bacakan satu-dua ayat secara acak. Ada qunut di rakaat ketiga dalam cara mazhab Hanafi.
Di jeda antarshalat ada bacaan yang diperdengarkan. Usai isya, bilal membacakan Allahumma antassalam wa minkas salam, tabarakta ya dzal-jalali wal-ikram. Sebelum tarawih, ia bacakan takbir, seperti takbiran Idul Fitri. Juga sesudah rakaat keempat dan kedua belas. Setelah rakaat kedelapan dan keenam belas, ia membacakan shalawat dua kali (diikuti jamaah): Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammadinin-nabiyyil ummiyyi wa ala alihi wa shahbihi wasallim. Usai tarawih, imam memimpin doa. Usai witir, bilal memimpin zikir tasbih, tahmid, dan takbir masing-masing tiga kali. Setelah bilal bacakan potongan ayat: Syahru ramadhanalladzi unzila fihil-qur’anu hudan linnasi wa bayyinatin minal huda wal-furqan, dilanjutkan doa sirr masing-masing. Ditutup dengan al-Fatihah. Terakhir, imam menyampaikan ceramah singkat satu menit (ya satu menitan saja) dalam bahasa Bosnia.
Di sini tarawihnya serasa paket lengkap: ada zikir, shalawat, tilawah, doa, dan ceramah — tapi semuanya dibuat ringkas dan tidak melelahkan. Shalat 31 rakaat (qabliyah, isya, bakdiyah, tarawih, dan witir) tuntas dalam 60 menit. Itu artinya rata-rata 2 menit untuk setiap rakaatnya — dapat baca Qur’an santai, serta iktidal dan duduk di antara dua sujudnya minimalis. Sekalipun setengah jamaah hanya mengikuti sampai 8 rakaat saja, dua setengah saf jamaah (laki-laki) — yang didominasi warga lansia — mengikuti hingga akhir. [RAN/Foto: DokPri]