[JAKARTA,MASJIDUNA]-Setelah kelompok militan Hamas melakukan serangan ke Israel Sabtu (7/10/2023), negara zionis itu melakukan pembalasan yang membabi buta dan mematikan. Hingga akhirnya pertempuran dan korban tewas dari kedua belah pihak tak terhindarkan. Namun banyak tokoh yang meyakini hal ini akan menjadi momentum kemerdekaan Palestina.
Presiden Turki Recep Tayip Erdogan, misalnya, dengan tegas menyebutkan bahwa kemerdekaan negara Palestina tidak bisa lagi ditunda. Sementara Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad menyebutnya
Sementara Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim menyebut perang Israel vs Hamas yang pecah akhir pekan ini sebagai “tindakan berat sebelah” komunitas internasional dalam konflik Israel-Palestina.
Dia menyebut pertempuran antara Israel dan Hamas terjadi karena “tanah dan harta” Palestina dirampas pasukan pendudukan Israel. Ia pun menekankan solidaritas Malaysia untuk Palestina.
Baca Juga: Indonesia Dorong OKI Bersatu, dari Hak Perempuan hingga Kemerdekaan Palestina
Di tanah air pun banyak tokoh yang ikut membela Palestina. Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional (HLNKI), Prof Sudarnoto Abdul Hakim menilai ada banyak momentum bagi Palestina untuk membebaskan rakyatnya dari penjajahan Israel, serta momentum untuk meraih kemerdekaan.
“Balasan atas serangan yang diberikan oleh Israel bisa jadi justru akan menjadi momentum rakyat dan bangsa Palestina untuk memperkuat heroisme mereka membebaskan rakyat yang telah dijajah dalam waktu yang panjang,” ujar Sudarnoto, dikutip dari situs MUI, Senin (9/10/23).
“Banyak momentum rakyat dan bangsa Palestina untuk meraih kemerdekaan,” imbuhnya.
Prof Sudarnoto juga menyampaikan agar seluruh faksi Palestina seperti Fatah dan lainnya dapat bersatu dan mengkonsolidasi diri untuk memperkuat upaya kemerdekaan bangsa Palestina.
“Saya berharap betul, setiap momentum untuk kedaulatan dan kemerdekaan Palestina bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh setiap faksi Palestina. Dengan cara ini, maka Israel akan semakin kehabisan waktu dan kekuatannya,” kata Sudarnoto.
Serangan balik yang dilakukan Hamas ke Israel merupakan reaksi terhadap tindakan sewenang-wenang otoritas Israel menghancurkan kedaulatan rakyat dan bangsa Palestina dalam kurun waktu yang sangat panjang dan sistematik.
Baca Juga: MUI Kutuk Serangan Israel ke Masjid Al Aqsa di Bulan Ramadan: Secara Moral Bangkrut
Selain itu, peristiwa membelah al-Aqsho dan diiringi dengan berbagai aksi provokatif kelompok Yahudi ekstrim melakukan ibadah di arena al-Aqsho juga menjadi salah satu pemicu serangan Hamas terhadap Israel. Ditambah dengan berbagai fakta pengkhianatan terhadap berbagai perjanjian yang dilakukan oleh otoritas Israel, menggambarkan bahwa Israel memang harus membayar mahal.
“Serangan terbesar Hamas ini menjadi alat bayar Israel, dan Israel tentu saja harus menanggung sendiri,” ungkapnya.
“Bisa jadi, Israel akan menanggung beban yang lebih berat jika respons Israel dan negara-negara pendukung seperti Amerika dan NATO kontra produktif,” kata dia menambahkan.
Lebih lanjut, Sudarnoto mengatakan bahwa saat ini Amerika dan NATO sedang menanggung bebannya masing-masing yang merupakan akibat dari perubahan politik global dan juga perang Rusia-Ukraine. Dia mengatakan, Amerika dan NATO tidak ikut memutarbalikkan fakta dengan menyatakan Hamas sebagai teroris.
Menurutnya, cara-cara ini justru akan merugikan Amerika dan NATO, karena selama ini tidak pernah menyatakan keberaniannya untuk menegaskan bahwa Israel adalah penjajah dan teroris.
“Justru yang harus dilakukan secara tegas adalah ikut bersama-sama dengan masyarakat internasional lainnya yang mendukung perjuangan bagi terwujudnya kemerdekaan Palestina dan menghentikan imperialisme dan terorisme Israel,” kata dia menegaskan.
Dia juga menyampaikan kekecewaannya terhadap Israel yang dianggap telah hilang respek karena telah membabi buta penuh dengan kemarahan, melakukan balasan yang mengakibatkan kerusakan Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
“Saya sangat menyesalkan apa yang dilakukan oleh Israel. Israel harus bertanggung jawab. Israel benar-benar sudah hilang rasa respek kepada bantuan kemanusiaan yang dilakukan oleh Indonesia melalui Mer-C,” kata dia.
(IMF/sumber: MUI)