Chief Strategic Officer-Profetic Syafiq Pontoh saat menjadi narasumber pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) (sumber: Masjiduna)
[JAKARTA, MASJIDUNA]- Menyajikan konten keislaman yang teduh dan moderat tidak bisa asal buat lalu posting. “Salah-salah bisa seperti menggarami air laut,” Chief Strategic Officer-Profetic Syafiq Pontoh saat menjadi narasumber pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Peta Moderasi Beragama di Kelompok Media” yang diadakan Kementerian Agama di Jakarta, Senin (29/5/2023).
Karena itu, agar konten-konten Islam menarik bahkan viral perlu strategi yang tepat. Salah satunya pahami audience dan karakter konten yang akan diposting. “Kita tidak perlu aktif di semua platform sosial media yang ada. Kita hanya perlu membaca target kita, mereka cenderung aktif di platform yang mana. Strategi ini lebih efektif. Misalnya, generasi milenial lebih banyak aktif di Twitter, Instagram, dan TikTok, maka kita upayakan konten-konten kita bisa memborbardir ke platform tersebut,” ucapnya.
Baca Juga: Masjid Tempat Sosialisasi Moderasi Beragama
Target orang tua, generasi milenial dan Gen Z punya karakter berbeda pula. “Generasi milenial pasca pandemi, itu bukan lagi generasi yang bisa dicekoki informasi seperti sebelum pandemi. Mereka ini adalah generasi yang punya kebebasan mengakses informasi, mereka adalah generasi searching. Ini cukup berbahaya. Karenanya, yang perlu kita lakukan adalah menyediakan konten-konten keagamaan yang berbobot dan moderat kepada mereka,” pungkas Syafiq Pontoh.
Nah, setelah tahu targetnya, tinggal cari platform yang tepat untuk menyasar mereka lalu isi dengan banyak variasi konten tentang moderasi beragama. Konten pun harus dibuat kreatif, dengan memilih yang tepat antara video, info grafis, atau komik strip. Jangan lupa, buat konten ringan tapi “relate” dengan target yang akan disasar. “Jangan membuat konten moderasi beragama, terus isinya orang bicara ‘mari moderasi beragama‘ sambil mengepalkan tangan,” ujarnya memberi contoh. Hal itu hanya cocok untuk baliho bukan konten di medsos.
Di medsos bisa saja dengan membuat video cerita atau testimoni sehingga orang bisa membuka berulang-ulang kemudian disebarkan.
Baca Juga: Kemenag Nobatkan Ustad Das’ad Latif Duta Moderasi Beragama
Hal yang sama diungkapkan oleh Hasanuddin Ali pendiri Alvara Research Centre dalam acara yang sama. Dia mengaku pernah bincang-bincang dengan kelompok anak muda hijrah yang digandrungi banyak anak muda. “Mereka kalau menyebarkan dakwah posisinya dalam satu panggung, tidak ada pembedaan dengan jamaah lain. Lalu tidak membutuhkan banyak orang, hanya beberapa orang, tapi jamaah yang kemudian menyebarkannya di medsos,” kata Hasanuddin.
(IMF)