Begini 3 Syarat Taubat Nasuha

[JAKARTA, MASJIDUNA] — Saban manusia tidak bisa lepas dari dosa, termasuk dalam hal ini dosa besar. Meski demikian, Allah yang Maha Agung dan Kuasa memberikan kesempatan pada manusia untuk bertaubat. Taubat nasuha yang dilakukan manusia, akan mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah. Untuk itu, seorang hamba harus memperhatikan syarat agar taubat diterima oleh Allah.


Menurut Syekh Nawawi al-Bantani dalam syarah Salālimul Fudholā ‘ala Hidāyah al Adzkiyā ilā Thorīq al Auliyā`, terdapat beberapa syarat agar taubat seorang diterima Allah. Ulama asal Nusantara ini, menukil bait syiir gubahan Syekh Yahya ad-Din bin al-‘Araby al-Maghribi:

اطلب متابا بالندامة مقلعا # وبعزم ترك الذنب فيما استقبلا


وبراءة من كل حق الآدمي # ولهذا الأركان فارغ وكملا


Bertaubatlah dengan menggantungkan rasa penyesalan; Dan bertekad untuk meninggalkan dosa di kemudian hari; Selesaikanlah urusan dengan sesama manusia; Inilah beberapa rukun taubat, maka penuhilah dan sempurnakanlah.

Nah, agar taubat menjadi sempurna perlu memperhatikan syarat-syarat agar dapat sesuai dengan ketentuan syariat.  Pertama, syarat taubat adalah menyesali perbuatan dosa yang telah ia lakukan. Penyesalan dosa merupakan hal yang penting dalam urusan taubat. Itu sebagai tanda bahwa ia telah menyesal atas dosa di masa lalu.

Lebih lanjut, tanda orang yang menyeseli dosanya, kata Imam Nawawi ialah bergetarnya hati dan menetesnya air mata. Pasalnya, tanda-tanda itu benar-benar datang dari lubuk hatinya. Dengan deraian air mata, diharapkan penyesalannya kekal dan tidak akan tercebur pada lobang dosa lagi.


Kedua, bertekad dalam hati tidak mengulangi dosa lagi. Ini adalah tahapan kedua dalam taubat. Setelah menyesal, seorang memperkuat niat itu dengan bertekad tidak akan mengulangi dosa besar masa lalu itu. Untuk itu, seyogianya juga meningkatkan kualitas diri, melakukan perbuatan yang lebih baik.


Ketiga, syarat berikutnya ialah ialah menyelesaikan urusannya dengan hamba Allah. Syarat ini penting sekali. Urusan manusia memang harus diselesaikan, sebab Allah menjamin hak-hak anak Adam. Dan hal yang paling penting adalah niat serta usaha untuk menyelesaikannya. Syaikh Nawawi al-Bantani menjelaskan, seseorang yang telah berniat untuk melunasi hutangnya namun tak keburu terlunasi karena tak mampu dan meninggal, ia takkan ditagih di akhirat sebab ia telah membawa niat baik untuk melunasinya.


Sebab Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis shohih riwayat Muslim:


من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه أو شيء فليتحلله منه اليوم قبل أن لا يكون دينار ولا درهم إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه فحمل عليه


Orang yang pernah menzhalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal shalih, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezhalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal shalih, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia dhalimi”. (HR. Bukhari no.2449).

Tiga syarat dalam taubat ini diintisarikan dari Al-Qur’an yang termaktub dalam surat Ali Imran ayat 135:


وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ


Artinya: dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.


(Sumber: Tim Layanan Syariah Bimas Islam/ilustrasi: tafsiralquran.id]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *