Syahadat Mengangkat Harkat’, Alquran Pedoman Masyarakat Minangkabau

Pertunjukan menjadi tiga segmen. Sejatinya menyiarkan betapa adat Minangkabau sedemikian kuat dengan ajaran Islam. Sebab,  memiliki filosofi ‘Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah’ atau adat beralaskan syara’.

[JAKARTA, MASJIDUNA] — Di penghujung pembukaan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional ke-28 di Stadion Utama Nagari Sikabu Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, terdapat sebuah pertujukan kolosal. Pertunjukan yang dibawakan secara ciamik oleh puluhan seniman dari Sanggar Elly Kasim.

Mengangkat tema ‘Syahadat  Mengangkat Harkat’,  pertunjukan dengan para penari dengan visualisasi cahaya dan kolobarasi musik tradisional kontemporer. Para penari tetap mengenakan  masker dan face shield, tak mengurangi atraktif pertunjukan.

Pertunjukan tersebut mengisahkan ulama dan kaum adat Minangkabau membuhul ikrar “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”.  Atraksi kolosal penuh makna karya almarhum Nasir Basir dalam pergelaran malam itu dibagi menjadi tiga segmen. 

Pertama, tentang visualisasi jazirah Arab dengan ilustrasi turunnya Surat (Q.S) Al Mudatsir yang diperagakan para penari. Turunya Surat Al Mudatsir 1-7 itu sebagai bentuk perintah Allah Swt kepada umatnya untuk bangun dari tidur dan mengagungkan-Nya serta meninggalkan perbuatan keji.

Segmen ini, para penari memainkan kain putih layaknya terbang menjulang tinggi dengan kibasan visualisasi cahaya sebagai bentuk manusia melepaskan kelalaiannya dan diakhiri mengucap Syahadat dengan menengadahkan tangan ke langit. Sementara di balik panggung, puluhan pesilat membawa tarian randai diiringi irama rabab dan saluang yang menjadi musik tradisional Minangkabau.

Kedua, atraksi kolosal mengangkat kisah Minangkabau dan Islam yang pernah terjadi di Bukit Marapalam. Atraksi ini bercerita tentang pertikaian kaum adat dan ulama yang dikenal luas oleh mayarakat Minang dengan ‘Harimau Nan Salapan’ (Harimau Delapan).

Kisah Bukit Marapalam inilah awal mula lahirnya sebuah perjanjian yang dibuhul antara kaum adat dan ulama dengan perjanjian Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Episode ini dibawakan para seniman dengan konsep opera dan bertutur yang kental dengan kekayaan tradisi budaya Minangkabau.

Ketiga, pada segmen terakhir berkisah tentang keberagaman budaya Indonesia dan kepercayaan kepada Ketuhaan Yang Maha Esa. Dilanjutkan dengan kisah dan peran tokoh-tokoh Minangkabau dalam proses terbentuknya NKRI yang dibalut tarian tradisonal Indang. Aksi ini  diakhiri lantunan ayat Ali-Imran tentang kerukunan dan persatuan.

Atraksi kolosal  ‘Syahadat Mengangkat Harkat’ sejatinya menyiarkan betapa adat Minangkabau sedemikian kuat dengan ajaran Islam. Sebab,  memiliki filosofi ‘Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah’ atau adat beralaskan syara’, syara’ beralaskan kitabullah. Artinya, masyarakat Minangkabau berpedoman pada ajaran dalam Al Quran.

[Kemenag/AHR]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *