[JAKARTA, MASJIDUNA]—Orang yang marah-marah tak banyak disukai. Apalagi bila penyabab kemarahan adalah perkara sepele. Lebih disayangkan lagi bila yang marah-marah orang yang punya jabatan tinggi, baik jabatan tinggi atau jabatan keagamaan.
Sayangnya, saat ini kemarahan itu seolah menjadi hal yang lumrah diumbar ke publik oleh pejabat. Sebagian bangga dan pendukungnya terus memberi tepuk tangan.
Padahal, kemarahan itu pun tak menyelesaikan masalah kecuali menyisakan keributan.
Dalam Islam, mengendalikan diri itu perkara yang sangat dianjurkan.
Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
⠀⠀⠀”Jagoan itu bukanlah yang jago berkelahi. Jagoan sejati ialah yang dapat mengendalikan diri ketika marah” (HR. Bukhari dan Muslim).
Imam al-Munawi berkata, “Makna hadits ini: orang kuat (yang sebenarnya) adalah orang yang (mampu) menahan emosinya ketika kemarahannya sedang bergejolak dan dia (mampu) melawan dan menundukkan nafsunya (ketika itu). Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini membawa makna kekuatan yang lahir kepada kekuatan batin. Dan barangsiapa yang mampu mengendalikan dirinya ketika itu maka sungguh dia telah (mampu) mengalahkan musuhnya yang paling kuat dan paling berbahaya (hawa nafsunya)” (Kitab “Faidhul Qadiir”).
Bagi Rasulullah, orang kuat dan berkuasa namun hanya mengumbar amarah bukanlah orang yang hebat. Kelemahlembutan dan mampu mengendalikan diri adalah sifat yang sepantasnya dimiliki. Apalagi bila sifat lembut itu diikuti dengan kemampuang berdialog dalam menyelesaikan masalah. Semoga kita terhindar dari sifat marah-marah. ⠀
(IMF/foto: halodoc)⠀