Kesedihan Menurut Tasawuf Ibnu Taimiyah

[JAKARTA, MASJIDUNA]-–syaikhul Islam Ibnu Taimiyah selain dikenal sebagai ahli fiqih, juga ahli tasawuf. Salah satu kitabnya yang membahas tasawauf adalah Kitab “Ilmi Al-suluk”.

Dalam kitab yang sudah diterjemahkan menjadi “Risalah Tasawuf Ibnu Taimiyah” itu terdapat ajaran tentang kesedihan yang sepantasnya dihindari.

“Ada pun mengenai bersedih (al-huzn), Allah dan Rasul-Nya tidak memerintahkannya, bahkan dalam kondisi tertentu Allah melarangnya apalagi berkaitan dengan persoalan keagamaan,” kata Ibnu Taimiyah yang mengutip Surat Ali Imran ayat 139: “Dan janganlah kalian bersikap lemah dan jangan pula bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang yang beriman..”

Menurut ulama bernama lengkap Taqiuddin Abu Al-Abbas Ahmad bin Abdul Halim bin Abdussalam bin Taimiyah-Al Harrani Al-Hambali ini, sikap bersedih hati tidak akan mendatangkan manfaat dan tidak akan dapat menolak bahaya (mudharat). Namun pelakunya tidak berdosa bila dia mengungkapkan kesedihan tidak disertai dengan perbuatan dosa seperti mencaci-maki.

Sebagaimana hadits nabi yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah tidak menyiksa seseorang karena air matanya, tidak juga karena kesedihan hatinya, tapi Dia akan menyiksa atau mengasihi seseorang karena ini (sambil menunjuk lidahnya).

Karena itu, agar kesedihan memberikan nilai pahala maka dianjurkan agar memuji Allah (bersyukur). Sebab orang tersebut terpuji karena syukur yang dia lakukan, bukan karena kesedihannya.

(IMF/foto:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *