Menyikapi Tantangan Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19 Secara Konstruktif

[YOGYAKARTA, MASJIDUNA] — Dunia pendidikan di tengah situasi pandemi Covid-19 terkena dampaknya. Tak saja kegiatan belajar mengajar, namun juga berbagai masalah dalam dunia pendidikan menjadi tantangan yang harus dihadapi secara konstruktif.

“Dan berfokus pada penyelesaian masalah,” ujar Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, dalam acara pengajian rutin bertajuk ‘Strategi Pendidikan di masa Pandemi Covid1-19’ , Selasa (28/04).

Muhamadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan keagamaan menghadapi situasi serba terbatas dengan optimisme. Termasuk menghadapi berbagia masalah di sektor pendidikan. Baginya, terdapat banyak cata yang dapat dijadikan jalan keluar dalam menghadapi berbagia persoalan yang dialami peserta didik sejak diberlakukan belajar dari rumah.

“Berbagai macam cara harus kita kembangkan dalam proses pembelajaran agar bisa berjalan dan supaya anak – anak tetap mendapatkan tambahan ilmu dari apa yang mereka pelajari di rumah,”  ujar Mu’ti.

Mu’ti berpandangan, persoalan tidak sampainya ilmu dalam makna luas ketika melakukan kegiatan belajar mengajar berjarak.  Yakni transfer of value dan transfer of skill. Begitu pula hambatan jaringan internet yang sulit  serta mahalnya biaya kuota bagi peserta didik.

Selain itu kebijakan – kebijakan terbaru yang dibuat tentu akan memiliki konsekuensi tersendiri nantinya. Hal tersebut tentu berpengaruh kepada banyak pihak baik peserta didik, orang tua maupun guru.

Kegiatan belajar berjarak memiliki konsekuensi bagi tenaga pengajar. Guru sebagai tenaga pengajar pun dituntut berpikir secara kreatif dengan membuat gebrakan dan inovasi dalam  kegiatan belajar mengajar. Karenanya, metode belajar semi konvensional seperti merekam materi pembelajaran melalui kaset atau podcast serta media lainnya.

Bagi Muhammadiyah, kata Mu’ti, menyikapi pendidikan di  tengah pandemi Covid-19 I tetap optimis dengan berpikir konstruktif dan inovatif. Menurutnya, pandemi Covid-19 merupakan  realita baru yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, dibutuhkan sikap berkemajuan dalam menemukan solusi serta inovasi terbaik.

“Masalah ini tidak hanya Muhammadiyah yang menghadapi, tidak hanya umat islam tapi juga seluruh bangsa – bangsa di dunia, karena itu maka dalam situasi seperti ini justru kepeloporan kitalah yang dituntut dan jiwa pembaharuan yang harus kita buktikan,” pungkasnya.

[AHR/Muhammadiyah/Foto:menara62]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *