[UTTAR PRADESH, MASJIDUNA]—Mohammad Shareef hanyalah tukang tambal sepeda yang tinggal di Faizabad, Uttar Pradesh, India. Namun, polisi setempat selalu membutuhkan bantuannya ketika menemukan mayat di rumah sakit, jalanan atau statsiun kereta api yang tidak dikenal atau tak mampu dimakamkan oleh keluarga dan kerabatnya.
Tak tanggung-tanggung, kakek 82 tahun itu sudah memulasara tidak kurang dari 25.000 mayat sejak pertama pekerjaan ini dia lakukan pada 1992 silam. Lelaki yang biasa disapa chacha (paman) itu seperti tak mengenal keluh kesah saat ada polisi yang minta mayat dikuburkan atau dikremasi. Ya, tanpa mengenal agama, Chacha Shareef selalu mengulurkan tangan. Bila mayat itu seorang muslim dia akan memandikan, mengkafani, menyolatkan hingga menguburkannya. Dan bila mayat itu orang Hindu dia akan mengkremasikan, yang jaraknya 4 kilometer dari rumahnya.
Kebaikannya untuk mengurus mayat orang-orang yang kebanyakan dari kalangan miskin itu, bermula saat anaknya Mohamad Raes Khan meninggal pada tahun 1990-an dalam sebuah aksi kekerasan rasialis di India. Kala itu, masjid di Ayodha dihancurkan oleh komunitas Hindu yang segera menimbulkan gejolak. “kala itu anak saya berangkat ke Sultanpur untuk bekerja sebagai ahli kimia,” katanya mengenang. Namun anak sulung itu tak pulang selama beberapa pekan hingga ditemukan sudah membusuk. “Mungkin anak saya dilempar ke sungai,” kenangnya.
Semenjak itulah, Shareef bertekad menolong orang-orang untuk dimakamkan, tanpa mengenal latar belakang agama. Ia ingin memberi penghormatan terakhir bagi jasad anak adam yang tak diperlakukan selayaknya itu.
Kiprah Shareef yang tak kenal lelah dan tak kenal publikasi itu mengagetkan publik India, ketika pemerintah memberikan penghargaan tertinggi bagi warga sipil: Padma Shri.
(IMF, BBC.com, indiatimes.com/foto:indiatimes.com)