Bencana Tak Menyurutkan Kampung Zakat Longserang Timur

[JAKARTA, MASJIDUNA]—Masih belum hilang dari ingatan warga Kampung Longseran Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada 1-3 Pebruari 2018, kampung mereka didapuk sebagai Kampung Zakat.

Acara yang dilaunching pada Musyawarah Nasional Forum Zakat (FoZ) itu, dihadiri Gubernur NTB, Menteri Agama, dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan bersama pengurus organisasi pengelola zakat se-Indonesia.

Kampung Zakat merupakan sebuah program kolaborasi antara Kementerian Agama dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan sejumlah Lembaga Amil Zakat (LAZ). Program ini bertujuan untuk memberdayakan kaum dhuafa melalui pemanfaatan dana zakat. Pilot project program kampung zakat dilaksanakan di daerah tertinggal dengan memberi manfaat perubahan bagi peningkatan ekonomi mustahik.

Namun, takdir berkata lain. Baru beberapa bulan berjalan, tepatnya Juli 2018, gempa melanda bumi seribu masjid ini.

Gempa berkekuatan 6,4 skala richter tersebut sempat menghentikan geliat masyarakat di dusun yang merupakan salah satu pilot project Kampung Zakat dari Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama.

Progam Kampung Zakat, seperti Bedah Bale (bedah rumah) untuk sejumlah rumah tidak layak huni (rutilahu) pun terpaksa berhenti. “Saat itu, sebetulnya sudah ada lima unit rumah layak huni yang dibangun. Rumah yang baru dibangun itu kemudian rusak lagi akibat gempa,” kisah pengurus LAZ DASI sekaligus koordinator program Kampung Zakat Hindra Yulianta.

Meski menyisakan trauma, warga tak mau berpangku tangan. Pasca gempa mereka kembali membangun kampung, memberdayakan segenap usaha.

Lima rumah baru yang rusak akibat gempa dibangun kembali. Rumah-rumah lain yang menjadi target program kampung zakat pun dibangun.

Bersama sejumlah LAZ lainnya, kini sudah berhasil membangun sebanyak 24 unit rumah layak huni di Dusun Longserang Timur. “Rumah-rumah tersebut dibangun oleh lembaga-lembaga zakat yang berbeda. Oleh karena itu, desain setiap rumah dibangun sesuai dengan ciri khas lembaga masing-masing,” jelas Hindra.

Warga pun terus berkarya. Tak hanya infrastruktur perumahan, program yang berlangsung selama tiga tahun ini juga menyiapkan masyarakat Dusun Longserang Timur untuk mandiri dan berdaya secara sosial, ekonomi, dan keagaman. Program ekonomi untuk memberdayakan pengrajin anyaman ketak khas NTB bahkan sudah berhasil menembus pasar ekspor ke negeri Belanda dan Jepang.

Sementara di bidang dakwah ada pula program buka bersama di bulan suci Ramadhan, atau penyembelihan hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha. “Dulu saat potong hewan kurban, mungkin hanya menyembelih satu atau dua ekor sapi saja. Tapi terakhir ini alhamdulillah bisa mencapai sembilan ekor sapi, bantuan dari Forum Zakat,” ujar Hindra.

Takdir Allah selalu punya rencana baik. Bencana bukanlah akhir segalanya. Justeru seringkali menjadi keberkahan yang tak disadari.

(IMF/foto: kemenag.go.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *