Festival Rumi Sang Sufi Cinta, Berlangsung di Konya

[JAKARTA, MASJIDUNA]—Nama Maulana Jalaluddin Rumi tak pernah lekang hingga sekarang. Tokoh sufi kelahiran Balkh, Afganistan itu semakin ramai diperbincangkan karena ajaran tasawufnya yang mengedepankan “cinta”.

Kini, untuk memberi penghormatan dan mendalami sejarah hidupnya, di Konya, Turki, akan dilangsung festival yang disebut “Whirling Dervishes Festival” , 10-17 Desember.

Diperkirakan sekitar 100 ribu orang akan hadir di sini untuk menyaksikan sebuah ritual tarian ciptaan sang sufi yang disebut “sema” yaitu tarian memutar secara monoton dengan pakaian khas semacam baju gamis yang bagian bawahnya mengembang seperti rok.

Para penari yang terlibat juga memakai topi khas bulat panjang. Tarian memutar gaya Rumi ini merupakan manifestasi dari perputaran alam semesta. Ada juga yang menyebut seperti zikir yang terus berulang hingga “trance” sehingga orang yang terlibat mengalami penyatuan dan sang maha kuasa.

Tarian sufi khas Rumi itu juga disebut merupakan simbol pelepasan manusia dan egonya. Bagi Rumi, tanpa sikap penyerahan diri kepada Allah, manusia sebenarnya masih diperbudak oleh ego dan hidup dalam suasana konflik.

Jalaluddin Rumi yang hidup pada abad ke-13 itu, dikenal dengan karya-karyanya berupa puisi yang semuanya memuat kecintaan pada sang khalik dan makhluk.

Rumi datang ke Konya pada usia 24 tahun untuk mempelajari agama Islam. Salah satu karyanya yang sangat terkenal dan terus dibaca sampai sekarang adalah “Matsnawi”.

Begini salah satunya:

Dunia penuh dengan obat-obatan, tapi kau tak punya obat sebelum Allah membuka jendela untukmu.Sekalipun kau tak sadar tentang obat yang sekarang, Allah akan membuatnya lebih jelas pada saat yang diperlukan”

(IMF/foto:travelbeginat40.com )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *