“Titik Nol Islam Indonesia” Diseminarkan

[JAKARTA, MASJIDUNA]-–Kota Barus yang terletak di Sumatera Utara disebut oleh para sejarawan sebagai “titik nol Islam Indonesia”. Namun, belum banyak seminar dan pembahasan mendalam tentang peran penting Barus.

Padahal, posisi Sumut dengan Barus sebagai Titik Nol Islam di Indonesia yang monumennya diresmikan Presiden Jokowi beberapa waktu yang lalu menyimpan nilai kesejarahan yang tinggi.

Keberadaan jejak peradaban masuknya Islam di Indonesia memiliki nilai penting untuk dikaji bersama guna menumbuhkan kesadaran sekaligus motivasi dalam pembangunan.

Namun, hingar bingar peresmian tersebut sepertinya tidak ada upaya tindak lanjut yang jelas, untuk diapakan monumen itu. Akankah ia hanya sekedar monument sejarah, atau dijadikan sebagai pemicu untuk mewujudkan Sumut bermartabat.

Nah, untuk mengelaborasi lebih jauh,Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatera Utara bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menggelar Seminar Internasional bertema “Titik Nol Islam di Indonesia”, di Medan, Rabu (16/10).

Menurut Rektor UMSU Dr. Agussani, MAP, pelaksanaan seminar ini sangat baik untuk diapresiasi.

Agussani menegaskan, sudah menjadi komitmen UMSU untuk senantiasa terbuka menjalin kerjasama dengan pihak manapun dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif guna memajukan peradaban.

“Ini selaras dengan visi UMSU, yakni membangun peradaban bangsa dengan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan sumber daya manusia berdasarkan al-Islam dan Kemuhammadiyahan, tentunya kita sangat mendukung acara seminar internasional ini,”katanya.

Ia juga mengungkapkan rencana UMSU untuk mendirikan Cabang Observatorium Ilmu Falak (OIF) di Barus. Dijelaskannya, OIF adalah salah satu pusat unggulan yang dimiliki UMSU sebagai perguruan tinggi swasta terbaik, bukan hanya di Sumut, tapi juga di pulau Sumatera.

“Semoga rencana pendirian cabang OIF ini nantinya bisa mendukung pengembangan destinasi Barus sebagai Titik Nol Islam di Indonesia,”sebutnya.

Sementara Ketua Panitia seminar Prof Dr Hasan Bakti Nasution menjelaskan, pelaksanaan seminar internasional itu berangkat dari kesadaran pentingnya mewujudkan visi Sumut yang bermartabat termasuk dalam aspek kesejarahan di satu sisi dan visi Indonesia yang maju di sisi lain.

“Sumut bermartabat itu harus dibangun di atas berbagai variable martabat, yakni bermartabat semua aspek kehidupan , sosial, ekonomi, politik, dan lain sebagainya, termasuk dalam aspek kesejarahan,” ujarnya.(IMF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *