Ketika Katib PBNU Berkolaborasi dengan Pimpinan Ranting NU

[JOMBANG, MASJIDUNA] – Kolaborasi menjadi tuntutan di era kekinian. Hal itu pula yang ditunjukkan Katib PBNU KH. Dr Afifudn Dimyathi saat berkolaborasi dengan Ketua Ranting NU di Jombang, Jawa Timur. Apa yang dikolaborasikan?

KH.Dr. Afifudin Dimyathi, Katib PBNU yang juga pengasuh asrama Hidayatul Qur’an Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan secara khusus mengundang Ketua Pengurus Ranting NU Pacarpeluk, Megaluh, Jombang, Jawa Timur, Nine Adien Maulana.

Undangan tersebut terkait dengan kegiatan Seminar Kepenulisan “Sederhana Menulis dari yang Sederhana” yang digelar di pondok pesantren yang terletak di Peterongan, Jombang Jawa Timur itu. Nine diundang untuk menyampaikan tip menulis sekaligus memebdah buku terbarunya.

KH. Dr. Afifudin Dimyathi saat membuka kegiatan tersebut mengingatkan tentang pesan literasi yang disampaikan Allah melalui wahyu pertama yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. “Ayat pertama yang diturunkan secara tegas memerintahkan membaca. Ayat ini tidak diikuti obyek yang dibaca, sehingga berlaku umum untuk ‘membaca’ apa saja,” kata Gus Awis, demikian ia kerap disapa, Kamis (5/9/2019) malam.

Tidak sekadar itu, Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini juga menyebutkan di ayat terakhir yang diturunkan juga memberi pesan untuk menulis. Menurut Gus Awis, kendati pesan dalam ayat terakhir konteksnya menulis atau mencatat soal utang. “Namun secara umum kita bisa mengambil pelajaran bahwa menulis adalah kecakapan yang sangat penting,” tandas alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir ini.

Dalam kesempatan sama, Ketua PRNU Pacarpeluk Nine Adien Maulana saat menyampaikan materinya memberi tip menulis dengan dimulai dengan apa yang dirasakan indera manusia. “Awalilah dengan menuliskan apa yang kita indera. Maka kita langsung bisa menghasilkan paragraf deskriptif pada tulisan itu,” ujar Nine yang juga guru di salah satu SMA Negeri di Jombang, Jawa Timur ini.

Nine melanjutkan, dalam memulai menulis yang terpenting menulis apa saja yang dirasakan oleh indera kita. Menurut dia, jika terlalu lama berdiam, maka tidak akan ada tulisan yang dihasilkan. “Tuliskan saja apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Ini cara yang paling sederhana,” tambah Nine.

Penulis sejumlah buku ini menceritakan buku terbarunya “Serpihan Hikmah dari Sudut Sekolah” yang merupakan hasil pengalaman yang ia dapatkan saat mengajar di sejumlah sekolah di Jombang. “Hampir semua tulisan saya di buku ini berangkat dari potret pengalaman saya saat mengajar dan saat berada di tengah-tengah masyarakat,” tegas Nine.

Dalam kesempatan tersebut, Nine memotivasi para santri agar menerbitkan album alumni dengan tidak sekadar menempelkan foto diri, kesan dan pesan serta data diri para santri. Menurut dia, album santri akan lebih menarik jika dilengkapi dengan narasi. “Jika itu dikemas dengan dilengkapi narasi ala cerpen untuk akan lebih bermakna,” sebut Nine.

Kolaborasi antara Katib PBNU dan PRNU ini menjadi pemandangan menarik. Pesan penting dari kegiatan tersebut, literasi menjadi penting di tengah berlimpahnya arus informasi yang beredar di tengah-tengah masyarakat. [RAN]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *