Ingin Jadi Hafidzah, Tiga Anak Jepang Ini Nyantri di Subang

[SUBANG, MASJIDUNA]  —  Menimba ilmu di pondok pesantren ternyata menarik perhatian bagi tiga anak berasal dari negara sakura, Jepang. Ketiganya merupakan kakak beradik. Adalah Yuki Chan (13 tahun), Yousi Chan (8 tahun) dan Kausi Chan (10 tahun). Ketiganya dikirim orang tuanya  ke Indonesia mendalami ajaran agama Islam di Pesantren Al-Ikhlas Raudlatul Ulu,  Subang.

Alasan memilih Al Ikhlas, lantaran pesantren tersebut, lantaran orang tua ketiganya memiliki harapan agar menjadi penghafal Alquran. Demikian disampaikan Pengasuh Pesantren Al-Ikhlash Raudlatul Ulum, KH Dade Asyadu Rofik, Kasomalang, Subang, Kamis (22/8) kemarin.

“Orangtua ketiga anak ini mantap untuk memondokan anak-anaknya ke Pesantren Al-Ikhash Raudlatul Ulum,” ujarnya sebagaimana dilansir laman Nahdlatul Ulama.

Menurutnya orang tua ketiganya meripakan asli Indonesia. Sang ibu asli Cikampek. Sedangkan sang ayah ketiganya asli Padang. Keluarga tersebut menetap di Jepang. Semula, orang tua ketiganya mencari pesantren yang dianggap cocok setelah berselancar di dunia maya.

Kriteria pesantren yang dianggap cocok, kata  Kyai Dade, memiliki program tahfidz dan berada di wilayah Jawa Barat. Alasannya agar jaraknya tidak terlalu jauh dengan keluarganya yang ada di Cikampek. Ketiga santri itu pun memiliki keinginan menjadi hafidzah dan dapat berdakwah di Jepang.

Meski begitu, terdapat kendala akibat perbedaan budaya dan bahasa. Ketiganya, selama ini berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang. Karenanya, ketiganya terlebih dahulu difokuskan mempelajari bahasa Indonesia dan dasar-dasar membaca Al-Qur’an.

“Untuk memudahkan komunikasi kita akan memanfaatkan google translate,” pungkasnya.

Perlu diketahui, Pesantren Al-Ikhlash Raudlatul Ulum merupakan pesantren  di wilayah selatan Kabupaten Subang. Tepatnya di Kampung Cijere Hilir RT/RW 11/03 Desa Tenjolaya, Kasomalang, Subang, Jawa Barat. Saat ini santri yang menimba ilmu di sana berjumlah 185 santri mukim lintas usia mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi.

Kurikulum pembelajaran yang diterapkan terdapat dua jurusan. Yaitu kitab kuning yang sanadnya bersambung sampai kepada penulis dan tahfidz yang didukung oleh 4 tenaga pengajar yang terdiri dari 2 orang hafidz dan 2 hafidzah.  [AHR]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *