[JAKARTA, MASJIDUNA] — Indonesia, menjadi negara berada pada patahan bumi. Gempa bumi kerap dirasakan sebagian wilayah Indonesia. Lombok, Padang, Palu serta daerah pesisir pantai pun menjadi daerah yang terdampak dari gempa beberapa waktu lalu. Dari sekian banyak bangunan, Masjid pun tak dapat menghindar dari goncangan besar gempa bumi.
Lantas bagaimana supaya bangunan masjid sebagai tempat ibadah kalangan muslim dapat tetap berdiri kokoh?. Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia telah menjalin kerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). Kedua lembaga itu pun telah merancang Masjid Tahan Gempa, melalui arsitektur budaya khas suku Sasak Lombok agar tahan gempa.
Sebagaimana dilansir dari laman dewan masjid indonesia, kearifan lokal Lombok tetap dipertahankan dalam pembangunan arsitektur masjid pasca gemp. Ketua Tim Penilis Buku Perancangan Arsitektur Masjid Indonesia, Suparwoko dan Wim Kadaryoni yang notabene keduanya pengurus IAI.
Suparwoko dan Wim sedianya mengusulkan empat karakteristik dalam merancang bangunan masjid khas suku Sasak. Pertama, masjid dibangun dengan konstruksi utama baja ringan. Kedua, pondasi batu kali setempat berukuran 1mx1m dengan dukungan sloof 20×25 cm.
Ketiga, atap masjid terdiri dari jerami, genteng, metal roof, strap, atau bahan lain yang sesuai dengan aspirasi masyarakat. Keempat, dinding masjid terdiri dari gedeg, bambu billah, atau sesuai dengan aspirasi masyarakat setempat.
Menurut Suparwoko, konstruksi utama masjid dibangun dalam kurun waktu satu bulan dengan biaya struktur utama baja ringan. “Sebesar Rp190 juta,” ujarnya.
Baginya, masjid ala arstektur khas budaya Sasak masuk dalam kategori masjid lingkungan dengan ukuran 12mx12m. Kemudian memiliki ruang jamaah bagi putra dan putri serta dilengkapi dengan mihrab, mimbar dan tempat wudhu bagi laki dan perempuan.
Dia berpendapat, pembangunan dengan khas kearifan lokal dikhususnya pembangunan bagi masjid yang rusak. Masjid tersebut mesti memenuhi tiga syarat. Pertama, struktur kolo, balok yang kokoh dan lentur. Terdiri dari material bambu, jerami, kayu, serta memiliki sistem knock down.
Sementara Wim menambahkan terdapat beberapa hal dalam mendirikan rancang bangun masjid tahan gempa dengan arsitektur Sasak. Yakni mendirikan posko konsultasi proses rekonstruksi gempa. Kemudian menyediakan alternatif paket rekostruksi bangunan masjid tahan gempa.
Tak kalah penting, sebeum melakukan rekonstruksi, masyarakat harus diberi pelatihan teknik pembuatan bangunan masjid tahan gempa dengan konstruksi utama baja ringan. Kemudian, peserta pun diberi surat keterangan telah mengikuti pelatihan konstruksi baja ringan. [gzl]