Sepotong Jejak Masjid Tangkuban Perahu

[JAKARTA, MASJIDUNA] — Bagi anda yang melintas seputaran Manggarai Jakarta Selatan, ada baiknya melipir ke bilangan Jalan Taman Tangkuban Perahu, Guntur Jakarta Selatan. Persisi di belakang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Halimun, berdiri megah sebuah masjid yang biasa digunakan masyarakat setempat beribadah.

Masjid yang telah dipugar itu, kini bergaya modern. Nyaman, setidaknya itu yang dirasakan jamaah yang menunaikan ibadah shalat di Masjid Jami Tangkuban Perahu punya nama. Sesuai dengan nama jalan domisili tempat masjid berdiri megah. Lantas seperti kisah jejak berdirinya Masjid Jami Tangkuban Perahu itu?

Sekamir 1870 silam, sebagaimana dilansir laman masjid.org, Masjid tersebut didirikan oleh seorang Arab. Adalah Sayid Ahmad bin Muhammad bin Shahab. Terletak di kawasan tangsi kavaleri -dahulu dikenal dengan cavaleri kampemen- yang notabene dimiliki oleh pemerintah kompeni Belanda. Kurang lebih letaknya antara Jl. Mangunsarkoro dengan Jl. Latuharhari, yaitu masjid Shihabudin.

Kala itu, itu tempat bakal dibangun sebuah Tangsi Militer. Pendek cerita, Masjid Shihabudin pun digeser ke kawasan yang kini dikenal dengan Jl. Tangkuban Perahu. Lokasi yang kini berdiri masjid bernama unik itu, merupakan tanah wakaf dari  Ali bin Ahmad bin Shahab. 

Singkat kata, terjadi perubahan nama dari mulanya bernama Masjid Shihabudin menjadi Masjid Tangkuban Perahu. Bagi sebagian kalangan yang belum pernah menginjakan kaki di Masjid Tangkuban Perahu, bakal terpesit masjid yang berbentuk perahu.

Namun hanyalah sebuah nama jalan yang dijadikan menjadi sebuah nama masjid. Kepengurusan masjid pun kali pertama dilakukan oleh KH Mahmud Ramli -alamarhum- sejak 1908 hingga wafat. Tampuk kepengurusan diteuskan oleh KH abdullah Muhrim hingga tahun 1980.

Setelah itu dilanjutkan oleh puteranya sendiri, H. Ahmad Sarwadi. Di tahun 1970, masjid tersebut dilakukan renovasi kali pertama di masa kepengurusan KH Abdul Muhrim. Kini tiap tahunnya acapkali dilakukan perbaikan dan pengecatan  jelang hari raya Idul Fitri.

Seperti kebanyakan masjid di tanah Betawi, Masjid Tangkuban Perahu sering digunakan dalam acara Maulid, Isra Mi’raj hingga Nisfu Syaban sebagaimana lazimnya kebanyakan kalangan masyarakat betawi. Ritual-ritual ibadah tersebut lazim dilakukan lantaran berdiri di perkampungan Betawi. [hdt]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *