Tergusur Asian Games, Masjid Al-Huda ‘Hijrah’ 

Memori tentang Masjid Al-Huda terekam dalam kepala, tak dapat begitu saja terhapus bagi masyarakat Bendungan, Senayan.

Masjiduna.com, Jakarta – Sejarah panjang keberadaan Masjid Al-Huda tak lepas dari organisasi islam terbesar kedua, Muhamadiyah. Kampung Bendungan -kini area Gelora Bung Karno Senayan- menjadi tempat berdirinya Masjid Al-Huda. Tepatnya, di depan Jalan Jenderal Sudirman.

Puluhan tahun berdiri, itu masjid mesti menyerah dengan keadaan. Sebelumnya memang, Masjid Al-Huda sempat nyaris terkena gusur akibat pelurusan jalan dari Kabayoran Baru ke arah kota Jakarta Pusat, sekamir 1949.

“Hampir saja Masjid Al-Huda ini dibongkar dan dipindahkan ke tempat lain” sebagaimana dikutip dari  buku ’86th Muhamadiyah Tebet Timur, Dari Bendungan ke Tebet (1924-2010) terbitan Pimpinan Cabang Muhamadiyah Tebet Timur Jakarta Selatan.

Walhasil, pelurusan jalan tersebut dibatalkan berkat tokoh Muhamadiyah kala itu. Menjadi kabar gembira khususnya bagi warga Muhamadiyah di sekitar Kampung Bendungan. Masjid Al-Huda pun tetap berdiri menghiasi jalan protocol Jenderal Sudirman.

Selang satu dasawarsa kemudian, beberapa orang pengurus Masjid Al-Huda dikejutkan dengan pemberitahuan, adanya keperluan pesta olah raga se-Asia. Kabar buruknya, Masjid Al-Huda mesti dibongkar.

Bak disambar petir di siang bolong, kabar tersebut kembali membuat risau warga Bendungan, pengurus Masjid Al-Huda  dan pengurus Muhamadiyah. Sebab tak saja masjid, pemukiman warga pun terkena penggusuran.

Masjid Al Huda di Bendungan (Senayan) Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta

Masjid yang sudah puluhan tahun berdiri, dan digunakan sebagai tempat ibadah, mesti dibongkar dengan diganti masjid baru di area pemukiman Asian Games. Memori tentang Masjid Al-Huda terekam dalam kepala, tak dapat begitu saja terhapus.

“Ketika memperoleh informasi akan  segera dibongkar,  maka terngiang di benak para pengurus masjid, saat-saat mendorong gerobak yang membawa pasir, hasil pengumpulan dari kali grogol, untuk kemudian dibawa ke Bendungan, guna perluasan dan perbaikan Masjid Al-Huda”.

Hingga akhirnya, pengurus masjid bersepakat dalam musyawarah mempersilakan bila pemerintah hendak membongkat itu masjid. Jamaah masjid Al-Huda di Bendungan tak sampai hati membentu pembongkaran. Pasalnya masjid tersebut menjadi warisan nenek moyang yang pembangunanya dengan ikhtiar dan bersusah payah.

Nampaknya rencana pemerintah menggusur pemukiman Bendungan termasuk Masjid Al-Huda demi kepentingan Asian Games kala itu tak terbendung. Sebagian keluarga besar Muhamadiyah sudah ada yang angkat kaki dan hijrah ke bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Ikhtiar dan menggunakan pendekatan dialogis nampaknya tak mempan.

Bendungan hampir rata tinggal bebeapa rumah dari Masjid Al Huda di Bendungan Jalan Sudirman menunggu giliran digusur

Pada 1 Muharram 1380 H, bertepatan dengan 25 Juni 1960, Pengurus Muhamadiyah Bendungan melayangkan surat ke Dewan Asian Games, khususnya seksi urusan tanah. Surat yang ditandantangani Somad Mughny dan M Nur Achfasj, intinya, meminta penangguhan  pembongkaran Masjid Al-Huda dengan berbagai alasan.

Empat hari berselang, jawaban dari Dewan Asian Games terbit.  Dalam surat jawaban Dewan Asia Games, tak dapat memenuhi permintaan penangguhan pengurus Masjid Al-Huda. Soalnya, Masjid Al-Huda  tepat terkena proyeksi jalan. “Maka sangat menyesal sekali kami tidak dapat memenuhi permintaan saudara,” demikian jawaban Dewan Asian Games.

Pupus sudah harapan untuk dapat mempertahankan keberadaan Masjid Al-Huda di Bendungan. Walhasil, menyerah dengan keadaan, Masjid Al-Huda hijrah total ke Tebet. Kini, Masjid Al-Huda berdiri kokoh di Jalan Tebet Timur Raya, No.565 Jakarta Selatan.

Bangunan masjid

Bangunan Masjid Al-Huda yang berdiri di Tebet Timur  itu terdiri dua lantai. Ruang sholat terdapat di lantai dua. Sedangkan lantai bawah diperuntukan Aula atau ruang serbaguna. Ruang serbaguna itu digunakan  untuk berbagai kegiatan. Seperti rapat-rapat, seminar, bahkan resepsi pernikahan. Bagunan pada bagian atap masjid memiliki bentuk pyramid segi empat dengan kubah kecil di atasnya.

Ruang Masjid Al-Huda berukuran 22m x 26m. Tentunya juga ditambah dengan teras masjid bagian samping kanan, kiri dan belakang. Ukuran lahan bangunan masjid berukuran 45m x 66m. Area parkir masjid terbilang luas untuk menampung banyak kendaraan terparkir.

Masjid A Huda Tahun 1960 (kiri), dan Masjid Al Huda Tahun 2000

Sepertihalnya masjid, di ruang Masjid Al-Huda terdapat penyekat. Gunanya, memisahkan jamaah pria dengan wanita. Bagian kanan, kiri dan belakang masjid terpasang pintu dan jendela dengan kaca besar. Begitu pula ventilasi udara di dalam masjid terbilang bagus. Karenanya, tak memerlukan pendingin udara.

Kipas angin yang terpasang di bagian dinding masjid menjadi alat untuk menambah sejuknya udara di dalam masjid. Bagian plafon masjid pun mengikuti bentuk atas yang berbentuk piramid. Sehingga membuat langit-langit ruang masjid menjadi tinggi. Dampaknya, suasana ruangan masjid menjadi terasa lega dan lebar.

Bagian menarik, berbeda dengan kebanyakan masjid terdapat tulisan kaligrafi, di Masjid Al-Huda bersih. Ya, tak satupun terdapat tulisan kaligrafi di dalam ruangan masjid. Termasuk pula tidak terdapat gambar-gambar apapun. [hdt]

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *