Sepotong Kisah Al Washliyah

Berupaya mempersatukan umat Islam yang kala itu terjadi perbedaan pandangan  dalam hal ibadah dari cabang furu ‘iyah kian menajam, dan upaya melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda.

Mendengar nama Al Jam’iyatul Washliyah atau lebih dikenal Al Washliyah sekilas hanya satu dari sekian  organisasi Islam (Ormas) yang ada di Indonesia. Namun siapa sangka, Ormas Islam ini telah lahir sejak jaman pra kemerdekaan. Lahir pada 30 November 1930,  didirikan oleh para cendikiawan saat itu. Soalnya, kala era itu kian menajamnya perpecahan  di tengah umat muslin.

Antara lain dikarenakan perbedaan mahzab atau pandangan. Pendek kata, pendirian Al Washliyah sebagai upaya mempersatukan  umat muslim yang terpecah  belah. Atas dasar itulah beberapa tokoh cendikiawan seperti Ismail Banda, H.M Arsyad Thalib Lubis, dan H. Abdurrahman Syihab mendirikan Al Washliyah di Maktap Silamiyah, Tapanuli Selatan, Medan Sumatera Utara.

Di era 1930-an, Indonesia masih dalam cengkeraman penjajahan Hindia Belanda alias  Nederlandsh Indie.  Karena itulah para pendiri Al Washliyah menjadi bagian dari pejuang melawan penjajahan Belanda. Tak sedikit pejuang Al Washliyah yang ditangkap  Belanda yang berujung mendekam di balik jeruji besi.

Taktik Belanda memang dengan melakukan perpecahan terhadap warga pribumi kala itu. Sebab dengan begitu, Belanda dapat terus menancapkan kekuasaanya di bumi Nusantara. Kompeni Belanda terus berupaya agar rakyat Indonesia tidak bersatu. Karenanya, cara mengadu domba ditempuh sebagai strategi negeri kincir angin itu.

Sebaliknya, bila rakyat Indonesia bersatu yang terdiri dari berbagai suku, ras dan agama, maka Belanda khawatir dapat melakukan perlawanan secara besar-besaran. Karena itulah perpecahan pun tak saja dilakukan antara suku, ras, namun juga ke sendi-sendi agama Islam. Sontak saja, umat Islam yang kala itu dapat dipecah belah akibat dari perbedaan pandangan dalam hal iabdah dan cabang dari agama alias furu ‘iyah.

Karena bila rakyat Indonesia bersatu maka dikhawatirkan bisa melawan pejajah Belanda.Upaya memecah belah rakyat terus merasuk hingga ke sendi-sendi agama Islam. Umat Islam kala itu dapat dipecah belah lantaran perbedaan pandangan dalam hal ibadah dan cabang dari agama (furu’iyah).

Situasi dan kondisi kala itu terus meruncing. Bahkan ironisnya, umat Islam kala itu terbagi menjadi dua kelompok. Yakni kalangan tua dan muda.Perbedaan pandangan di bidang agama  semakin hari kian tajam dan sampai pada tingkat meresahkan. Melihat perselisihan di kalangan umat Islam di Sumatera Utara khususnya di Kota Medan, maka para cendikiawan yang menimba ilmu di Maktab Islamiyah Tapanuli Medan berupaya mempersatukan kembali umat yang terpecah belah itu.

Nah langkah mempersatukan umat Islam khususnya terus dilakukan. Hingga ahirnya, terbentuklah organisasi Islam, Al Jam’yatil Washliyah. Artinya, perkumpulan yang menghubungkan. Maksudnya, yakni menghubungkan manusia dengan Tuhan Semesta Alam, Allah Subhanahu Wa Ta’ala -hablunminallah- dan menghubungkan manusia dengan manusia -hablunminannas-.

Namun demikian, Al Washliyah yang menjadi bagian dalam upaya meraih kemerdekaan akhirnya terwujud. Berkat menjadi bagian elemen bangsa, walhasil mampun menggalang persatuan dan kesatuan kala itu yang berujung kemerdekaan bangsa Indonesia. Al Jam’iyatul Washliyah yang lebih dikenal dengan Al Washliyah itu kini aktif melakukan pembelaan terhadap kemaslahatan umat Islam dan Indonesia pada umumnya. [redaksi]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *