(11) Ramadan di Sydney: Solidaritas untuk Palestina di Masjid Iqro’

LAPORAN: Dr. Izza Rohman, M.A. (Dosen Universitas Prof. Dr. Hamka/UHAMKA, Pemerhati Sosial Keagamaan]

[WILEY PARK, SYDNEY, MASJIDUNA] — Satu lagi masjid diaspora Indonesia di Sydney adalah Masjid Iqro’, yang terletak di Wiley Park, suburban di antara Lakemba dan Punchbowl. Masjid ini selalu ramai dengan kegiatan jamaah dan pengajian.

Jamaah shalatnya sering kali didominasi warga muslim yang tinggal di sekitarnya, yang umumnya mereka berlatar belakang Asia Selatan, tapi ada juga yang dari Timur Tengah. Sedangkan majelis pengajiannya cukup rutin dan lengkap: untuk kaum bapak, kaum ibu, pemuda, dan keluarga. Ada yang mingguan, ada yang mengikuti momen-momen keagamaan.

Selama Ramadan, berbeda dari bulan lainnya, pengajian di masjid ini bahkan terhitung setiap hari. Ada kajian selepas subuh dan sebelum atau saat tarawih. Di luar itu juga ada yang tempo-tempo. Masjid Iqro’ memang cukup dikenal dengan aktivitas tarbiyah-nya.

Malam ini (20/3/24) rangkaian tarawih di masjid ini dimulai dengan ceramah jelang isya. Penceramahnya adalah seorang ustadz tamatan doktor King Saud University, Riyadh Arab Saudi, Lutfi Firdaus Munawar. Masjid ini memang biasa mendatangkan ustaz dari Indonesia untuk menjadi imam dan penceramah selama bulan puasa. Doktor Lutfi bertugas untuk dua pekan pertama Ramadan tahun ini — khusus di masjid Iqro’.

Ceramah berlangsung setengah jam. Temanya tentang fikih interaksi dengan non-muslim. Ceramahnya malam ini, dan juga dalam kesempatan lainnya, dapat diakses di kanal Youtube Iqro Foundation.

Shalat isya berjamaah berlangsung 12 menit. Ada jeda beberapa menit untuk berzikir dan shalat bakdiyah masing-masing. Sebelum tarawih disampaikan maklumat dari takmir masjid, dalam bahasa Inggris. Isinya tiga hal: 1) mulai hari Sabtu (23/3) waktu isya berjamaah tidak lagi dibuat tepat jam 9 malam tetapi mengikuti waktu normal (10 menit setelah azan), dan ceramah akan digeser ke setelah isya, 2) pada hari Jumat, tarawih khusus diisi oleh jamaah anak-anak muda dan remaja (youth), dan 3) yang membawa anak-anak dimohon mengondisikan ketertiban.

Tarawih diikuti oleh jamaah yang tidak tertampung di ruang laki-laki sehingga melebar ke luar di mana disediakan tikar. Tarawih berlangsung dalam tempo yang santai, namun ayat yang dibaca tidak banyak. Malam ini imam membacakan surah al-Mujadilah setelah al-Fatihah. Imamnya sendiri berbeda dari imam isya.

Tarawih delapan rakaat berlangsung dalam 35 menit. Salamnya tiap dua rakaat, dengan sedikit jeda santai setelah salam. Sedangkan witirnya 15 menit. Dalam tiga rakaat tanpa tahiyat awal. Jadi formasi rakaatnya: 2+2+2+2+3.

Imam witir, yang juga penceramah, membacakan beberapa ayat surah Ibrahim di rakaat awal, dan al-Ikhlash di ayat ketiga. Yang membuat lama adalah qunutnya, yaitu di rakaat terakhir sebelum sujud. Qunutnya cukup panjang. Di ujungnya terselip pula doa untuk rakyat dan mujahidin Palestina.

Malam ini sekali lagi saya menyaksikan qiyam Ramadan di Sydney juga menjadi kesempatan bagi ekspresi dukungan spiritual kepada perjuangan penduduk Gaza. Di tengah keragaman pola bertarawih, ternyata ada yang sama: dukungan bagi Palestina. Diaspora Indonesia tak ketinggalan dalam hal ini.

Seusai witir, jamaah diaspora Indonesia tidak langsung bubar. Mereka sama berbincang dengan suguhan kopi, teh dan kurma yang disediakan. [RAN/Foto: DokPri]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *