Toko Buku Batubara dan Denyut Nadi Intelektual Ciputat

[TANGERANG SELATAN, MASJIDUNA] – Ribuan buku tampak tertata rapi di etalase toko. Sebagian diletakan di atas meja panjang. Ragam judul buku tersedia di toko buku Batubara yang terletak di wilayah Ciputat, Tangerang Selatan ini. Nama toko buku Batubara merujuk nama pendiri toko ini.   

Sore itu, Hamim, penjaga toko buku, seorang diri di toko. Tak ada pengunjung yang datang. “Ya biasa, sepi mas,” kata pria asal Jepara ini menjawab pertanyaan MASJIDUNA, belum lama ini. Hamim merupakan generasi ketiga penjaga toko buku ini. Toko buku ini telah memasuki usia 4 dasawarsa lebih. “Dulu pendiri toko ini alumni IAIN (sekarang UIN), kakak ipar dosen Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta,” ungkap Hamim. 

Pada awal tahun 2000 hingga  2016, toko buku Batubara berada di masa kejayaannya. Transaksi tiap hari pernah tembus di kisaran angka Rp 7 juta hingga Rp 10 juta. “Memasuki tiap awal semester, toko kami sangat ramai.” sebut Hamim. Bahkan, transaksi harian di hari biasa, toko buku yang ukurannya tidak luas ini, mencapai Rp 1 juta. 

Toko buku Batubara yang terletak di kompleks UIN Jakarta itu memang memiliki tempat yang strategis. Posisinya persis berada di sekitar bekas komspleks dosen UIN Jakarta, di antara kampus 1 (kampus utama di Jl Ir. H Djuanda), kampus 2 (Sekolah Pascasarjana, Jl Kertamukti), dan Kampus 3 (Fakultas Ekonomi dan Bisnis).

“Stok yang kami miliki memang disesuaikan dengan silabus UIN Jakarta dan buku populer tentang keislaman dan sosial,” kata Hamim. Dia menyebut terdapat 50-an penerbit buku yang tersedia di tokonya.  Toko buku Batubara juga menyediakan kitab-kitab klasik (turats).  “Khusus kitab klasik, pembeli bisa pesan terlebih dahulu,” tambah Hamim. 

Era keemasan toko buku Batubara tinggal cerita. Kini, toko buku Batubara sepi di tengah tumpukan ribuan buku. Melimpahnya buku yang tersedia melalui digital ditengarai menjadi pemicu menurunnya penjualan buku. Ditambah lagi, minat baca mahasiswa saat ini menurun drastis. “Minat baca mahasiswa saat ini kurang jika dibandingkan mahasiswa jaman dulu,” ungkap Hamim. Toko buku ini harus puas membukukan transaksi penjualan sebesar Rp 100 ribu – Rp 300 ribu setiap harinya. “Paling bagus sehari transaksi Rp 1 juta, tapi jarang sekali,” tambah Hamim. 

Toko buku Batubara dan sivitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tak bisa dipisahkan. Nama-nama besar UIN Jakarta kerap bertandang di toko ini. Sebut saja Prof. Komarudin Hidayat (mantan Rektor UIN Jakarta, kini Rektor UIII, Depok), Prof Abudin Nata (mantan Ketua Senat UIN Jakarta), Prof Atho’ Mudzhar (mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga, Dosen Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta), dan sejumlah nama lainnya. “Tak sedikit juga karya dosen dan guru besar UIN Jakarta dititipkan di toko Batubara,” tambah Hamim. 

Sejak 3 bulan lalu, area toko buku Batubara ini berkurang. Ruangan bagian belakang kini disulap menjadi rumah kos mahasiswa. Hamim menyebutkan pemilik toko berpikiran realistis. Menurut dia, rumah kos memiliki peminat yang pasti daripada peminat buku. “Untungnya masih disisakan ruangan di depan ini. Saya termasuk yang bersikeras agar toko ini tidak ditutup,” kata Hamim yang menyebutkan sempat muncul ide toko buku Batubara tutup. 

Di tengah menurunnya penjualan buku, Hamim mencari cara agar penjualan kembali pulih. Sejak satu bulan lalu, Hamim berinisiatif membuka lapak di toko online dengan nama akun yang sama dengan nama toko luringnya. Ia juga berencana membuka akun Instagram untuk memudahkan pembelian yang berada di luar kota. “Kami melayani pembelian jarak jauh. Pesan melalui WA juga bisa ke: 081210101850,” ungkap Hamim. 

Hamim menyebutkan, tak jarang para alumni IAIN/UIN yang berada di luar Jakarta, bahkan luar pulau Jawa masih kerap memesan buku yang dijual di toko buku Batubara. “Banyak alumni yang saat ini menjadi dosen di perguruan tinggi di daerah masih suka pesan buku di sini,” sebut Hamim. Hamim menyebutkan toko buku Batubara memiliki kenangan dengan sivitas akademika di IAIN/UIN Jakarta. 

Toko buku Batubara telah menjadi bagian penting dalam proses tumbuh kembangnya tradisi intelektual sivitas akademika IAIN/UIN Jakarta. Keberadaan toko buku Batubara seperti menjadi penanda masih nyalanya api intelektualisme di lingkungan sivitas akademika UIN Jakarta.  [RAN]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *