LAPORAN: Izza Rohman (Dosen Universitas Prof. Dr. Hamka, Jakarta/Pemerhati Sosial Keagamaan)
[LAKEMBA, SYDNEY, MASJIDUNA] — Ali bin Abi Talib Lakemba Mosque menggelar tarawih perdana malam ini (11/03/2024). Sekalipun tahun lalu mereka termasuk yang ber-Idul Fitri lebih dulu, tahun ini mereka tidak mengawali Ramadan lebih dulu dari yang lain.
Ini adalah salah satu masjid yang dikelola oleh Lebanese Moslem Association (LMA), salah satu organisasi Islam yang cukup besar dan berpengaruh di Australia. Diaspora Lebanon memang cukup banyak di kawasan Sydney Raya.
Masjid sudah penuh sebelum waktu isya tiba. Jamaah sudah rapi duduk dalam saf-saf, dari depan hingga belakang. Ternyata mereka menyimak tilawah yang dilantunkan oleh qari’. Selama 20 menitan. Bacaan qari’ merdu sekali, mengingatkan saya pada qiraatnya Muammar ZA yang biasa diperdengarkan di sebagian masjid di Indonesia. Bedanya di sini tidak pakai kaset. Menyimak langsung qari’ yang tampil duduk di atas kursi di mihrab.
Usai azan, jamaah sama melaksanakan shalat sunah dua rakaat masing-masing. Kemudian shalat isya berjamaah pun segera dilangsungkan. Cukup tenang. 10 menit untuk shalat isya saja. Selepas itu, tak ada zikir atau doa yang dipimpin imam. Sejenak jamaah melaksanakan shalat sunah dua rakaat.
Imam masjid lalu menyampaikan kultum pengantar dalam bahasa Arab dan Inggris. Tak ada penerjemah. Imam itu sendiri yang menyampaikan pesan dalam dua bahasa itu secara bergantian. Kultumnya benar-benar tujuh menit. Imam berpesan tentang pentingnya niat (tapi bukan dalam pengertian lafaz niat) dan keikhlasan.
Tarawih dimulai jam 9:19. Tarawih plus witir selesai dalam 30 menit. Padahal, bacaan dan gerakan shalat dilakukan dalam tempo sedang cenderung tenang. Ya, itu terutama karena tarawih dilakukan dalam 8 rakaat dengan salam setiap dua rakaat. Witirnya tiga rakaat dengan tahiyat awal di rakaat kedua. Jadi formasinya: 2-2-2-2-3 dengan tahiyat awal saat witir.
Di rakaat terakhir witir, sebelum rukuk (dan bukan sesudahnya), ada doa qunut yang dibacakan oleh imam secara jahar. Cukup panjang, dan bagian sepertiga akhirnya adalah doa untuk rakyat dan pejuang Gaza.
Tapi secara umum, shalat tarawih dan witir dibuat ringkas. Ini mengingat waktu di Sydney saat ini adalah GMT +11, sehingga jamaah perlu pulang segera untuk memiliki waktu cukup buat istirahat malam agar siap beraktivitas keesokan harinya.
Dalam tarawih, yang dibaca adalah surah al-Baqarah (juz 1). Total hanya 24 ayat pertama untuk 8 rakaat. Sementara di shalat witir, imam membaca surah al-A’la (dari ayat Qad aflaha man tazakka), al-Kafirun, dan al-Ikhlash.
Di antara dua rakaat tarawih dengan yang berikutnya, (sebagian) jamaah membaca bersama Subhanallah, walhamdulillah, wala ilaha illallah, wallahu akbar, la hawla wala quwwata illah billah, astaghfirullah, lalu imam membaca satu doa singkat sambil berdiri untuk shalat berikutnya. Doa yang dibaca beda-beda.
Selepas shalat witir, tak ada bacaan yang dibacakan oleh imam. Jamaah langsung antri bubar. Jam 9:50 saya pulang dari masjid berusia lebih dari 45 tahun yang terbilang terbesar di Australia ini.
[RAN/Foto: Dokpri Izza Rohman]