[1] Ramadan di Sydney: Merasakan Tarawih Pertama di Masjid Gallipoli Sydney

Pelaksanaan shalat tarawih berjamaah pertama di Gallipoli Mosque. Foto: Dokpri

LAPORAN: Izza Rahman (Dosen Uhamka, pemerhati sosial keagamaan)

[AUBURN SYDNEY, MASJIDUNA] — Malam Senin, 10 Maret 2024, Auburn Gallipoli Mosque sudah menggelar tarawih pertama. Diaspora Turki memang mengikuti kalender yang sama: kalender hijriah global yang digunakan komunitas Turki di mana pun berada. Masjid-masjid Turki di Sydney juga memulai Ramadan tahun ini lebih awal. Sekalipun berada di bumi belahan yang sangat timur, mereka menggunakan parameter global untuk memulai bulan hijriah.

Malam ini jamaah penuh. Shalat tarawih berjamaah dimulai jam 9 malam, segera setelah shalat isya dan bakdiyah. Jeda antar shalat sangat singkat. Seusai jamaah isya, “bilal” bersuara merdu bacakan “Allahumma antas-salam wa minkas-salam, tabarakta ya dzal-jalali wal-ikram”. Langsung jamaah sama berdiri untuk shalat dua rakaat masing-masing. Sebagian kecil jamaah tidak lanjut untuk tarawih. Pulang.

Tarawihnya dilaksanakan dalam 20 rakaat, dengan salam setiap empat rakaat. Di setiap rakaat kedua ada tahiyat awal. Witirnya 3 rakaat, juga dengan tahiyat di rakaat keduanya. Jadi formasinya: 4-4-4-4-4-3 — dengan tahiyat di tiap rakaat kedua. Di rakaat witir terakhir ada kesempatan qunut: tepatnya sebelum rukuk, didahului takbir dengan angkat tangan, dan baca qunutnya masing-masing secara sirr dengan tangan sedekap — tidak diangkat seperti biasa orang berdoa. Mazhab apa ini? Hanafi.

Gallipoli Mosque. Foto: Dokpri

Imam isya dan tarawih tampak cukup senior. Tapi tempo bacaannya sangat cepat. Bismillah imam tidak terdengar. Makmum tak akan sempat baca iftitah, kecuali yang sangat pendek (dan cepat). Al-Fatihah dibaca dalam satu atau dua kali nafas. Amin dari sebagian makmum hanya lirih terdengar.

Setelah al-Fatihah dibacalah satu ayat, langsung rukuk. Ayatnya diambil dari surah al-Mulk, halaman awal juz 29. Di 8 rakaat terakhir, setelah al-Fatihah dibacalah surah pendek, al-Fil hingga al-Ikhlash — kira-kira secepat baca satu ayat juga. Saat witir yang dibaca at-Takatsur, al-Falaq, dan an-Nas.

Saat iktidal, makmum hanya sempat baca Rabbana lakal hamd. Saat duduk di antara dua sujud, hanya sempat baca Rabbighfirli rabbighfirli atau tak membaca apa pun. Kendati begitu, rukuk, sujud dan tahiyat (termasuk tahiyat awal) sangat normal temponya.

Di sela tarawih, setiap usai empat rakaat, dilantunkan shalawat dengan tenang: “Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammadinin-nabiyyil-ummiyyi wa ‘ala alihi washahbihi wasallim”. Lanjut perintah kepada jamaah: shallu ‘alan-nabiyy, langsung bangkit untuk empat rakaat berikutnya.

Situasi di depan Gallipoli Mosque, Sydney. Foto: Dokpri

Setelah dua kali salam, kira-kira seperempat jamaah keluar — mencukupkan dengan tarawih 8 rakaat, yang selesai dalam 10 menitan. Seusai 20 rakaat, jamaah pun kembali berkurang sekira satu saf — sepertinya ingin mengakhirkan witir.

Selepas tarawih, juga setelah witir, imam pimpin doa singkat. Usai witir, seorang ‘bilal’ memimpin bacaan subhanallah, alhamdulillah, dan Allahu akbar, untuk dibaca lirih oleh jamaah, masing-masing 33 kali. Di akhir, dibacakannya dengan sangat merdu, tenang, dan perlahan dua ayat terakhir surah al-Baqarah. Amanarrasulu dan seterusnya. Ditutup dengan shadaqallahul-‘azhim.

Walau tarawihnya selesai dalam 30 menit, secara keseluruhan rangkaian ritual ibadah isya hingga witir (dan bebacaan) di masjid ini rampung dalam 55 menit. Jam 9:50 malam kami pun pulang dari masjid dengan corak arsitektur mirip Masjid Biru Istanbul ini. [ARQ]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *