Oleh: Dr. Izza Rohman, M.A. (Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta)
SAAT menghadapi masalah yang berat, menyadari kebutuhan yang penting, atau menginginkan kebaikan yang besar, manusia terdorong untuk meminta. Kapasitas makhluk tidak cukup untuk melayaninya. Manusia membutuhkan Tuhan yang dapat menerima dan menanggapi setiap permintaan.
Untung sekali manusia, Allah ialah ni’mal-mujibun (ash-Shaffat: 75), sebaik-baik yang menanggapi permintaan. Tersebut dalam surah Hud, kutipan perkataan Nabi Shalih: inna rabbi qaribun mujib, sungguh Allah Rabbku itu Mahadekat lagi Maha Menjawab permohonan manusia.
Al-Mujib berarti: Allah Maha Menanggapi. Ya, Allah amatlah dekat, sehingga mudah bagi hamba untuk langsung mengharap dan meminta, pun mudah pula bagi-Nya untuk merespon harapan dan membalas permintaan. Semua berada dalam jangkauan Allah, sehingga hamba tak perlu khawatir permintaannya sia-sia. Hamba yang sadar, akan justru malu untuk tidak meminta, dan juga malu untuk terlalu keras dalam menyeru.
Allah Maha Mengabulkan doa. Allah dapat saja mengabulkan doa pas dengan keinginan hamba sekalipun ia tak pandai berkata-kata. Allah dapat saja mengabulkan doa pas dengan pinta hamba sekalipun terbatas amal dan tekadnya. Allah dapat pula mengabulkan doa sesuai maslahat hidup manusia. Apa pun jawaban suatu doa, itu sesuai dengan ilmu, qudrah, iradah, dan hikmah-Nya yang sempurna. Hamba yang sadar, akan malu untuk tak meyakini balasan doanya, dan malu saat tak kunjung mengerti kebaikan yang telah hadir (yang menjadi balasan doanya). Malunya tambah menjadi-jadi saat tersadar bahwa ia sendiri telah (berulang kali) tidak menanggapi perintah-Nya.
Allah Mahakuasa untuk menolong dan menyelamatkan hamba-Nya. Bahkan saat hamba tersudut, terjepit, terdesak, atau tertindas, Allah tidaklah jauh, bahkan pertolongan-Nya amatlah dekat. Allah mengetahui semua kejadian, dan kuasa untuk menolong dan menyelamatkan hamba-hamba-Nya yang berada di jalan kebenaran.
Hamba al-Mujib tumbuh menjadi pribadi yang senang mendengar, melayani, dan menanggapi dengan penuh peduli. Ia menumbuhkan kepercayaan sesama kepadanya, bersikap positif atas keluhan dan keraguan, serta menanggapi secara baik permintaan dari orang-orang yang lemah dan membutuhkan.
“Ya Allah, ampunilah kami, sungguh Engkau Maha Menyimak, Mahadekat, dan Maha Menjawab doa-doa. Berilah kami kasih dari sisi-Mu, kasih yang tak membuat kami mengharap dari selain-Mu.”
[RAN/Foto: sufism.org]