Suraji usai berjualan di depan TVRI Jakarta (Sumber: Masjiduna/IMF)
[JAKARTA, MASJIDUNA]– Dengan mengendarai sepeda roda tiga yang sudah dimodifikasi, Suraji mengadu nasib dengan menjual koran dan pulsa. Karyawan di Kantor TVRI Senayan, Jakarta, banyak yang mengenal lelaki lumpuh itu. Sebab sudah sejak tahun 1980 Suraji mangkal di depan gedung TVRI itu. “Sekarang ini saya juga jualan pulsa dan keripik pisang,” katanya saat berbincang dengan MASJIDUNA, sebelum salat Jumat di masjid TVRI, Jumat (19/5/2023). Maklum, peminat koran dan majalah tidak seperti dulu yang ramai, sekarang sudah jarang orang membeli media cetak.
Baca Juga: Seri Makna Hidup; Bekalmu
Meski demikian tak ada raut sedih di wajah lelaki yang sudah berusia 60 tahun itu. Setiap hari dia jalani profesi itu, sejak pukul 6.30 hingga sehabis dhuhur. Setelah salat dhuhur Suraji kembali ke rumahnya di Bekasi, menggunakan motor yang juga sudah dimodifikasi agar mudah dinaiki. Begitulah rutinitas pria asal Kudus, Jawa Tengah ini dijalani.
Namun siapa sangka, di balik kesederhanaan hidupnya, dia sudah menjalani umrah tiga kali. Bukan uang sendiri, tapi ada yang membiayai, antara lain dari Ustad Yusuf Mansyur dan komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). “Ya, Alhamdulillah,” katanya. Suraji mengakui, setiap mangkal mencari rezeki, dia hanya mengamalkan bacaan surat al-fatihah. “Baca saja terus sambil jualan, jangan putus-putus,”ujarnya.
Dia bercerita, penyakit polio yang menderanya sejak usia 3 tahun yang menyebabkan kakinya lumpuh layu. “Waktu itu badan saya panas, terus diberi suntikan olah mantri di kampung, tapi kaki saya malah tidak bisa berjalan,” kenangnya.
Baca Juga: Kehidupan Harus Disyukuri, Jangan Meminta Kematian
Meski di tengah keterbatasan, Suraji tidak mau bergantung pada orang lain. Tahun 1980-an dia nekad meninggalkan kampung halamannya dan merantau ke Jakarta. Tak ada keahlian kecuali sedikit pengetahuan mengaji. Tapi justeru inilah kemampuan yang mengantarkannya pada perjalan hidup selanjutnya. Bila sore mengaji, siang dia berjualan koran yang sudah dilakoni selama bertahun-tahun.
Hingga akhirnya pindah ke Bekasi, keahlian mengajar ngajinya tetap dia lanjutkan sampai sekarang. Makanya, ayah tiga anak ini hanya jualan dari pagi sampai dhuhur, kemudian istirahat dan sorenya berlanjut dengan mengajar ngaji.
Salah satu karakter lain yang membuat sosoknya banyak disenangi, Suraji ramah dan murah senyum. Tak ada raut lelah atau penyesalan meski hidup dalam kondisi yang tidak bisa jalan. “Saya tidak pernah menyesal dengan kondisi seperti ini,” katanya sambil tersenyum.
(IMF)
One thought on “Kisah Suraji Penjual Koran dengan Kaki Lumpuh, Bersyukur Sudah 3 Kali Umrah”