JAKARTA, MASJIDUNA– Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyebutkan bahwa perempuan dan peradaban tidak bisa dipisahkan dari negara.
“Perempuan dan peradaban tidak dapat dipisahkan dari negara. Dengan kata lain, tidak ada negara tanpa peradaban, dan tidak ada peradaban tanpa adanya perempuan. Oleh karena itu, memajukan perempuan dari segala aspek sama halnya dengan menguatkan peradaban dalam wilayah tersebut, ” kata Gus Menteri, sapaannya, ketika menyampaikan pidato mewakili Presiden Joko Widodo pada pembukaan Muktamar Nasyiatul Aisyiyah ke XIV yang digelar 2-4 Desember di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Baca Juga Optimalkan Aset Wakaf, Kemenag Panen Raya Kelapa Sawit
Menag pun menambahkan pada dasarnya, menguatkan atau bahkan memajukan peradaban sebuah bangsa merupakan tanggung jawab sosial dari seluruh elemen, tanpa mengenal apakah dia seorang perempuan atau pun laki-laki.
Akan tetapi, untuk menguatkan peradaban diperlukan banyak aspek yang harus disentuh, mulai dari pendidikan, sosial, budaya, pemikiran dan agama. Tujuannya tidak lain untuk melahirkan insan-insan yang beradab.
Sebagian orang berpendapat bahwa membangun bangsa melalui penguatan peradaban adalah tugas elit politik dan elit intelektual.
Padahal, sebagaimana disebutkan di muka bahwa permasalahan tersebut adalah tugas kita bersama, laki-laki ataupun perempuan.
Baca Juga: Kemenag Resmi Cabut Izin Pesantren Shiddiqiyyah Jombang
“Saya yakin, dengan dinamika dan ketajaman dalam membaca permasalahan-permasalahan yang sedang melanda negeri ini, Nasyiatul Aisyiyah mampu merumuskan konsep yang tepat untuk memajukan perempuan dan menguatkan peradaban. Kuncinya, jangan sampai mengacuhkan spirit yang diwariskan, yaitu pendidikan, perbaikan akhlak dan penanaman nilai-nilai keagamaan, ” tandas Gus Menteri.
(IMF/Sumber dan foto: Kemenag)