[JAKARTA, MASJIDUNA]—Di kalangan dunia Islam, nama Sayyid Qutb akan disandingkan dengan Ikhwanul Muslimin, sebuah gerakan Islam politik di Mesir yang banyak mempengaruhi sebagian gerakan di Indonesia. Pada tahun 1966 Qutb dituduh terlibat dalam rencana pembunuhan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser dan dieksekusi dengan cara dipancung, pada 29 Agustus 1966 dalam usia 59 tahun.
Di Indonesia, nama Sayyid Qutb dikenal di kalangan kelompok pelajar dan mahasiswa Islam perkotaan. Banyak pelajar dan mahasiswa yang membaca karya-karya ulama kelahiran Musha (Mesir) 9 Oktober 1906 ini.
Nah, salah satu karya yang masuk dalam kategori magnum opus adalah “Fi Zilal al-Quran” (Dalam Bayangan Quran) sebanyak 30 juz. Banyak yang menyebut tafsir ini sebagai “tafsir gerakan Islam”. Ada juga yang menyebut tafsir tentang jihad.
Dalam surat terakhir (Surat An-Nas), Sayyid Qutb memberikan tafsir tentang arti perlindungan dari godan syetan dalam pendekatan “perang”. Bahwa sepanjang hidupnya manusia akan terus digoda oleh syetan. Melawan godan syetan adalah medan tempur yang harus disadari manusia. “Di satu segi syetan itu senantiasa menyelinap mencari kesempatan untuk membisikkan kejahatan dan menunggu kelalaian hati.”
Menurut Qutb, godaan syetan dalam bentuk bisikan (waswas) banyak ragamnya. Bahkan bentuknya bisa saja berwujud manusia. Yaitu manusia yang tenggelam dalam kedzaliman dan kesewenang-wenangan, tukang fitnah yang menghamburkan kata-kata, makelar-makelar nafsu yang menyalurkan profesinya. “Berpuluh-puluh banyaknya bentuk godaan yang dilakukan manusia jahat dengan cara halus dan jalan yang sangat rahasia, dimasukan melalui jendela hati yang rawan dan sensitif,” tulsinya.
Sambil mengutip Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa setan itu bagai baksil di hati anak Adam, yang bisa dibersihkan dengan zikir. Tapi apabila zikir kepada Allah lenyap, maka manusia pun lupa kepada Allah dan syetan kembali menyelinap dalam hati manusia.
(IMF/foto: istimewa)