Rindu Cahaya Matahari di Tengah Wabah Corona

[JAKARTA, MASJIDUNA]-–Ternyata wabah corona membawa hikmah. Di saat aktivitas di rumah lebih dominan, orang-orang pun mulai sadar kembali manfaat berjemur di bawah cahaya matahari. Group-group WA diramaikan oleh pesan agar berjemur pada pukul 10.00 pagi karena dipercaya lebih bermanfaat untuk daya tahan tubuh.

Dan akhir-akhir ini, di depan rumah penduduk banyak ditemui orang berjemur bersama keluarga lengkap dengan masker. Bahkan ketika belajar mengajar dipindahkan ke rumah, para guru melalui group WA orang tua murid meminta anak-anaknya berjemur pada pukul 10.00 pagi, dan kemudian difoto untuk diposting di group tersebut. Hal itu menjadi bagian dari proses belajar mengajar juga.

Ternyata, sinar matahari yang selama ini dianggap bikin panas dan gerah, kembali dirindukan. Bahkan ada yang menganggap bisa membunuh virus corona.

Bahwa matahari memberikan manfaat, sudah dijelaskan dalam Al-quran. Dalam salah satu ayatnya, Surat An-Naba ayat 13 Allah mengatakan: “Dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari).”

Sementara Surat Al-Furqon ayat 61 mengatakan, “Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.”

Dari dua ayat di atas tergambar jelas bahwa matahari adalah tata surya yang mengeluarkan cahaya yang sangat kuat.

Cahaya matahari yang bersinar terik itu, Allah ciptakan demi kemaslahatan semua makhluk ciptaannya. Matahari adalah bola pijar yang amat besar berdiameter sekira 1,4 juta kilometer atau 100 kali diameter bumi. Di pusat suhunya mencapai 14 juta derajat celsius. Tapi suhu di permukaan lebih dingian antara 5000-6000 derajat celsius.

Tak ada yang meragukan bahwa sinar matahari memberi manfaat bagi semua makhluk di bumi. Tanpa sinar matahari proses fotosintesisi tumbuhan tidak akan berlangsung. Itu artinya akan banyak tumbuhan mati tanpa sinar matahari.

Matahari membantu manusia untuk beraktivitas di siang hari. Bahkan saat ini, sudah banyak ilmuwan memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi alternatif.

Jadi, inilah saatnya kembali memanfaatkan karunia Allah yang berlimpah. Gratis pula.

(IMF/foto:read.ID)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *