Membaca Kembali “Kumpulan Hadits” Danarto

[JAKARTA, MASJIDUNA]—Jangan menduga yang dimaksud dalam judul tulisan ini seperti kumpulan hadits para ulama. Namun sebutan “Kumpulan Hadits” terhadap buku karya sastrawan Danarto ini disematkan oleh KH Mustofa Bisri, pimpinan pondok pesantren Raudlatul Thaliabin, Rembang, Jawa Tengah,dalam kata pengantarnya.

Buku tiga jilid yang diberi judul “Cahaya Rasul” itu bukanlah buku baru, bahkan termasuk buku lama. Terbit pada tahun 2000 oleh penerbit Dian Rakyat, Jakarta. Namun, saat membuka kembali lembar demi lembar ternyata isinya sama sekali tak lekang oleh waktu, relevan hingga saat ini.

Semuanya merupakan catatan Danarto (meninggal pada 10 Juli 2018 akibat kecelakaan) tentang kehidupan sehari-hari, yang dialami, dirasakan dan diberitakan di media massa. Namun bukan keluh kesah tentang kepahitan hidup, penderitaan yang tak kunjung usai atau semacam kenyinyiran kepada banyak pihak. Sama sekali bukan. Ini merupakan kutipan hadits nabi Muhammad yang kemudian diberi “syarah” berupa pengalaman hidup yang dirasakan semua orang. Tidak hanya itu, Danarto yang juga pandai menggambar menyertakan pula sketsa hitam putih di dalamnya.

Buku pertama diberi subjudul Hikmah Ramadhan dan Haji menguraikan refleksi tentang ibadah puasa dan perjalanan ke tanah suci serta tempat-tempat suci di dalamnya. Buku kedua “Hikmah Keseharian” dan buku ketiga “Hikmah Kemasyarakatan” . Setiap tulisan di bawah judul akan disertakan hadits nabi, yang menjadi semacam pemandu bagi para pembaca.

Sebagai sastrawan mumpuni yang banyak menerbitkan novel dan cerpen, kemampuan menguraikan hikmah berdasarkan uraian hadits nabi itu sangat menawan. Tanpa menggurui, tidak ada tudingan apalagi penghakiman. Misalnya, dalam tulisan “Home Sweet Home” Danarto menyertakan hadits nabi yang berbunyi: “Terangilah rumah-rumahmu dengan salat dan bacaan (tilawah Al-quran).Ibadah umatku yang paling utama adalah membaca Al-quran.”

Dengan bahasa sederhana Danarto menguraikan peran rumah yang sangat penting bagi manusia. Bagaimana pun keadaan sebuah rumah, namun bila penghuni rajin membacakan quran akan terasa teduh, sebab rumah tangga tersebut dijaga malaikat. “Bahkan para malaikat asyik mendengarkan..” tulis Danarto, yang pernah menulis buku “Orang Jawa Naik Haji” itu.

Dalam kehidupan masa kini yang serba tergesa dan penuh dengan ketegangan, buku Danarto ini seperti oase yang menyejukkan. Buku lama yang tetap enak dan segar dibaca. Benar apa yang ditulisakna Gus Mus alias KH Mustofa Bisri saat memberi kata pengantar pada jilid kedua, “buku ini juga bisa disebut buku dakwah, buku yang mengajak kepada kebaikan; meskipun mungkin Anda tidak merasa didakwahi..”

(IMF/foto:masjiduna.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *