Jadi Paham kan, Mengapa Islam Haramkan Sebagian Binatang?

[JAKARTA, MASJIDUNA]—Kesempuranaan ajaran Islam bukan saja dalam hal peribadatan. Tapi juga menyangkut perlakuan manusia terhadap binatang. Ajaran Islam mengharamkan sebagian binatang untuk dikonsumsi oleh manusia, seperti daging babi, anjing, atau binatang bertaring. Hikmah pengharaman itu, ternyata memiliki bukti yang terus menerus terungkap.

Saat ini, misalnya, dunia sedang dihebohkan oleh virus corona yang diduga kuat berasal dari kelelawar. Binatang itu lazim dijual bebas di Pasar Wuhan, China. Beberapa berita menyebut di pasar tersebut banyak binatang liar diperjual belikan, baik yang masih hidup atau dalam kondisi mati. Rata-rata untuk dikonsumsi.

Sebagian masyarakat China, memang memiliki tradisi menyantap binatang yang hidup di alam liar. Mulai dari burung merak, kelelawar, musang, hingga ular kobra. Padahal, binatang yang hidup di alam liar sangat mudah terkontaminasi penyakit. Bahkan, ada sebagian yang menyantap binatang itu dalam kondisi masih bernyawa.

Bahkan, Badan Dunia untuk Makanan dan Pertanian (FAO) telah menyebutkan bahwa penyakit yang kini menyerang manusia sebanyak 80 persen berasal dari hewan. Sebutlah flu burung, flu babi dan demam berdarah.

Dalam ajaran Islam, hak manusia untuk menyantap binatang sudah diatur. Tidak semua binatang boleh disantap. Misalnya sapi, kambing atau ayam diperbolehkan. Karena itulah binatang tersebut dipelihara untuk dikembangbiakan dan penyebaran penyakitnya pun bisa dikontrol.

Jika Islam melarang makan tikus, itu karena binatang pengerat tersebut haknya ular. Apa jadinya bila makanan ular pun disantap pula oleh manusia, maka keseimbangan ekosistem akan terganggu. Bisa jadi ular akan mencari mangsa manusia.

Begitu pula dengan harimau, yang beberapa kalu menyerang manusia di Sumatera. Hal itu diduga karena pasokan makanan mereka, yaitu babi hutan menipis akibat diburu manusia. Dan yang menyedihkan, babi hutan yang menjadi hak harimau dikonsumsi pula oleh manusia.

Tak terbayangkan, bila manusia menyantap apa saja binatang di dunia ini, maka daya rusak lingkungan akan makin parah. Keseimbangan alam sangat terganggu. Padahal, baru dengan merusak habitatnya saja melalui penggundulan lahan dan hutan, kerusakan alam sudah terasa seperti banjir, lonsor dan kebakaran hutan. Apalagi bila ditambah dengan menyantap para penghuni hutannya.

Maka pantaslah bila Allah memberikan peringatan agar manusia hanya memakan makanan halal dan baik saja seperti tercantum dalam Al-Baqarah ayat 168-171:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”

Maka menjadi semakin jelas, Islam mengharamkan sebagian binatang. Karena hal itu untuk kebaikan manusia juga.

(IMF/foto:sindonews.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *