[JAKARTA, MASJIDUNA] — “Sudah saatnya Indonesia menjadi pemain utama ekonomi syariah”. Kalimat pendek itu melesat dari bibir Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan saat membuka acara Indonesia Muslim Lifestyle Festival (Muslim Life Fest) di Jakarta Convenction Center, Jumat (30/8).
Sebagai pemain utama, umat muslim mesti memiliki jiwa enterpreneurship, serta memahami prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan ekonomi. Anies tak menampik gairah masyarakat muslim akan hidup halal di kalangan muda khususnya, kian menggema. Hal itu terlihat dari gerakan kalangan muda yang hijrah agar sepenuhnya menjalani gaya hidup halal.
“Saya melihat Indonesia Muslim Lifestyle Festival menelurkan konsep gelaran berbeda,” katanya.
Baginya, tak saja mengajak umat mengenal produk halal, namun juga menyuguhkan pemikiran cemerlang. Khususnya tentang mengimplementasikan fiqih muamallah kontemporer dalam menjawab berbagia dinamika kebutuhan masyarakat yang menginginkan hijrah melalui gaya hidup halal.
Indonesia setidaknya memiliki jumlah enterpreneur sebanyak 3,1% dari total populasi penduduk sebanak 267 juta jiwa. Menurutnya jumlah tersebut terbilang kecil. Soalnya rata-rata negara maju memiliki wirausaha minimal 14% dari total populasi penduduk.
Ketua Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI) Rachmat Sutarnas Marpaung menambahkah, tingginya jumlah penduduk muslim seiring pesatnya tren gaya hidup halal di tanah air, membuka peluang Indonesia mencetak wirausahawan baru dalam menjalani bisnis sesuai tuntunan syariah.
Dia berharap acara Muslim Lifestyle Festival tak saja menjadi tempat
berkumpulkan para pelaku usaha muslim
semata, namun jugajalan dalam melahirkan wirausahaan muslim. “Yang menjalankan usaha berdasarkan ajaran rasulullah SAW yang
berbasis halal, thayyib, dan barokah,” ujarnya.
Rachmat menilai sebagai pelaku usaha muslim keap menghadapi masalah regulasi. Namun dia menilai adanya komitmen serius dari pemerintah membangun pondasi sistem ekonomi syariah melalui masterplan ekonomi syariah (MTE) 2019-2024.
Dia menegaskan komunitas yang dipimpinnya senantiasa merangkul semua pihak dalam berkolaborasi untuk menguatkan rantai nilai produk halal pada sektor potensial yang berdaya saing. Seperti makan dan, minuman, pariwisata, busana muslim, media, farmasi dan kosmetik.
“Kemudian penguatan sektor keuangan syariah, penguatan sektor UMKM sebagai penggerak utama rantai nilai produk halal, ekonomi berbasis digital (e–commerce), dan teknologi finansial,” pungkasnya. [AHR]