Catatan Kemerdekaan: Habib Kwitang dan Bendera Merah Putih

[JAKARTA, MASJIDUNA]—Saat proklamasi kemerdekaan dibacakan pada 17 Agustus 1945 pukul 10 pagi oleh Soekarno, kabar ini tidak cepat menyebar. Jangankan rakyat Indonesia, masyarakat Jakarta saja sebagian besar tidak tahu bahwa Indonesia baru saja merdeka. Boleh jadi hanya para tetangga di kawasan Menteng saja (kawasan Jl Pegangsaan) yang tahu peristiwa itu.

Maklum, komunikasi tidak secanggih sekarang. Bahkan suara Soekarno yang kita dengar saat ini, itu adalah suara rekaman dari RRI, bukan ketika proklamasi dibacakan.

Karena itu tidak banyak warga yang memasang bendera atau teriak “merdeka”. Untung saja, ada Habib Ali Kwitang. Habib yang banyak jamaahnya itu, termasuk dari segelintir orang di Jakarta yang tahu soal kemerdekaan.

waktu itu, usai salat Jumat, Habib Ali memberitahukan kepada jamaah yang hadir agar memasang bendera merah putih. Perintah ini sedikit membingungkan awalnya. Apalagi Jepang masih bercokol. ” Umat Islam harus memahami, apa yang diumumkan pada hari ini diberitahukan kepada yang tidak mengetahuinya,” kata habib yang lahir di Jakarta pada 20 April 1869 itu.

Tapi darimana pula Habib Kwitang itu tahu bahwa Jumat itu Indonesia merdeka? Catatan sejarah menuliskan, sehari sebelum proklamasi, Soekarno datang ke kediaman sang habib ditemani MH Thamrin, pahlawan asal Jakarta. Tujuannya minta doa dan restu. Kebetulan pula Soekarno sudah tiga bulan ikut pengajian di Kwitang.

Maka tidak heran bila Habib Ali termasuk orang Indonesia yang awal tahu kabar Indonesia merdeka. Dia mengumumkan peristiwa itu kepada jamaah, dua jam setelah dibacakan di Pegangsaan. Hal itulah yang terus disampaikan kepada jaringan habib dan ulama di Jakarta yang meliputi ulama di Jatinegara, Kuningan, dan daerah sekitarnya. Peran habib dan ulama itu seperti perangkat komunikasi canggih saat ini. Mereka menyampaikan pesan kemerdekaan di tengah ancaman Jepang yang masih bercokol. Dan terbukti, rumah Habib Ali sempat digeledah Jepang tak lama setelah proklamasi.

Habib Ali Kwitang wafat pada 13 Oktober 1968 di Jakarta pada usia 98 tahun. Semoga Allah beri tempat terbaik bagi para habib dan ulama yang mengibarkan bendera di awal kemerdekaan itu. (IMF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *