[JAKARTA, MASJIDUNA]—Dua ormas Islam terbesar yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah akhirnya menyampaikan pendapat terkait wabah corona yang terus menggila di tanah air. Kedua ormas itu sama-sama meminta agar pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 ditunda hingga kondisi mereda. Alasan mereka pun tak jauh beda, kesehatan dan keselamatan warga masyarakat haruslah yang paling utama.
“Meminta kepada KPU, pemerintah dan DPR untuk menunda pelaksannan tahapan Pilkada serentak 2020 hingga tahap darurat kesehatan terlewati. Pelaksanaan Pilkada sungguh pun dengan protokol kesehatan yang diperketat, sulit terhindar dan konsentrasi orang dalam jumlah banyak dalam seluruh tahapannya,” tulis pernyataakn sikap yang ditandatangani Ketua Umum PBMU, Said Aqil Siroj dan Sekjend PBNU Helmy Faishal Zaini, Sabtu (19/9/2020).
Selang sehari, pada Senin (21/9/2020) Muhammadiyah pun menyatakan pendapatnya.Muhammadiyah berpandangan keselamatan adalah yang utama dibandingkan dengan Pilkada. “Keselamatan masyarakat jauh lebih utama dibandingkan dengan pelaksanaan Pemilukada yang berpotensi menjadi klaster penularan Covid-19,” kata Sekjen Muhammadiyah Abdul Mu’ti.
Tak bisa dipungkiri, jumlah yang terinfeksi terus meningkat. Bahkan klaster makin bertambah hingga ke kantor kementerian dan lembaga. Kabar terbaru datang dari Kementerian Agama yang mengabarkan bahwa Menteri Agama Fachrul Razi positif corona. Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri Kelautan sudah lebih dulu kena.
Sementara para pejabat di tingkat daerah jauh lebih banyak lagi. Sekda DKI Jakarta Saefullah menghembuskna nafasnya karena corona. Lebih dari 100 dokter dan tenaga kesehatan gugur saat bertugas. Lebih dari 9000 warga meninggal dunia.
Fakta tersebut sudah selayaknya menjadi perhatian serius dari pemerintah. Suara dari dua ormas Islam tersebut telah mewakili kegelisahan dan keprihatinan masyarakat Indonesia pada umumnya.
(IMF/foto: istimewa)