Perlunya Umat Muslim Mengupas Ayat Al-Quran tentang Alam

Berpikir secara ‘radikal’ akan menghasilkan temuan-temuan yang dapat membawa pada satu kebanggaan bahwa Islam  menjadi rahmat semesta alam.

[SURABAYA, MASJIDUNA]— Kitab Suci Al-Quran dan assunah sejatinya menjadi sebaik-baiknya petunjuk dan pendoman hidup bagi setiap muslim  alias hudan li al-nas bagi manusia. Menelisik A-Quran lebih jauh dapat mengetahi bahasan tentang Dzat yang Maha Tunggal, alam dan manusia.

Tapi sayangnya, Al-Quran belakangan cenderung dipahami masyarakat sebatas tata aturan normatif dan inspirasi melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Padahal bila mengkaji Al-Quran tak sebatas hanya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi juga sejarah kehidupan peradaban manusia.

Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Agus Purwanto menyayangkan umat Islam acapkali menghabiskan energi berdebat panjang  ihwal fikih. Tapi malah melupakan perenungan tentang alam raya dan seisinya. Dia mengakui diskursus fikih memang penting, namun kajian tentang langit, matahari, tanah, tumbuh-tumbuhan juga tidak kalah penting.

“Sayangnya umat Islam saat ini hanya fokus kajian tentang Quran ihwal halal dan haram. Itu memang bagus, tapi umat Islam abai mengkaji alam. Kajian tentang alam dilakukan orang-orang Barat sehingga mereka menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,”  ujarnya, Sabtu (5/2/2022) akhir pekan lalu pada  acara yang digelar  Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu Hadis Universitas Ahmad Dahlan.

Prof Agus menyitir Firman Allah Subhanahu Watta Ala dalam Al-Quran Surat Fathir ayat 28 yang menyebutkan, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama”. Sementara bila mengacu Al-Quran Surat Fathir ayat 27, ternyata Allah Subhanahu Watta Ala membicarakan tentang fenomena alam.

Karenanya, makna ulama dalam ayat tersebut adalah orang yang menaruh perhatian terhadap fenomena alam seperti hujan, tanaman, dan gunung-gunung. Nah selanjutnya dalam  Surat Fathir ayat 29, ulama dijelaskan sebagai sosok yang membaca kitab, menegakkah salat dan menafkahkan sebagian rezeki.

“Jadi ulama itu ke depan semestinya lengkapnya mendalami agama, sosial-humaniora, dan hukum alam. Itu sangat dimungkinkan jika sejak awal kurikulumnya benar,” tutur penggagas Pesantren Sains dan penulis buku Nalar Ayat-ayat Semesta ini.

Guru Besar Fisika Teori, Institut Teknologi Sepuluh November ini  melanjutkan, dalam menyingkap misteri alam semesta, diperlukan sebuah perangkat unik manusia yang tidak dimiliki binatang lain yaitu akal. Menurutnya, ekspresi ayat Al-Quran dalam menggambarkan “akal” selalu menggunakan kata kerja (fiil), alih-alih kata benda (isim).

Dari 49 kata “akal” tidak ada satu pun yang menggunakan kata benda, bahkan hanya ada satu ayat dalam al-Quran yang menggunakan term “akal” dalam bentuk kata kerja lampau (fill madhi). Dominasi fiil mudhari dalam kata “akal” menunjukkan bahwa umat Islam seharusnya menggunakan akal secara terus menerus dan proses yang berkelanjutan.

Selain itu, kata “akal” dalam bentuk fiil mudhari didominasi oleh dhamir-dhamir yang bermakna komunal (jama’) bukan personal (mufrad) seperti ungkapan “ya’quluna” dan “ta’qiluna”. Pilihan kata ini memiliki filosofi yang mendalam. Baginya, hal tersebut menandakan bahwa berpikir merupakan anjuran yang mesti dikerjakan setiap orang beriman.

Dengan demikian, Allah Subhanahuu Watta Ala melalui Al-Quran, sesungguhnya mendorong orang-orang beriman agar menggunakan akalnya untuk berpikir secara maksimal. Berpikir secara radikal akan menghasilkan temuan-temuan yang dapat membawa pada satu kebanggaan bahwa Islam  menjadi rahmat semesta alam.

[AHR/Muhammadiyah]

One thought on “Perlunya Umat Muslim Mengupas Ayat Al-Quran tentang Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *